12 Dongeng Cerita Rakyat Indonesia yang Terkenal & Menarik
Indonesia, tanah air yang subur dengan kekayaan budaya yang melimpah, menawarkan warisan cerita rakyat yang memikat dan sarat makna. Cerita-cerita ini tidak hanya menjadi hiburan bagi generasi-generasi sebelumnya, tetapi juga pembawa pesan moral dan kebijaksanaan yang terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dalam eksplorasi kekayaan cerita rakyat Indonesia, Alan Dundes, seorang ahli folklor Amerika terkemuka, memberikan kontribusi besar dalam bidang folklor dan antropologi. Dalam bukunya yang berjudul "The Meaning of Folklore," Dundes mendefinisikan cerita rakyat sebagai berikut:
"Cerita rakyat adalah cerita tradisional yang diwariskan secara turun-temurun melalui lisan, mencakup mitos, legenda, dongeng, anekdot, atau cerita serupa yang berkembang di antara masyarakat."
Pengertian cerita rakyat tersebut menekankan aspek transmisi lisan, di mana cerita-cerita tersebut disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui narasi lisan. Hal ini mencakup berbagai jenis cerita seperti mitos (kisah-kisah yang menceritakan tentang asal-usul alam), legenda (kisah yang berkaitan dengan tokoh-tokoh sejarah atau tempat-tempat tertentu), dongeng (kisah-kisah fantasi), anekdot, dan jenis cerita rakyat lainnya.
Nah, dari berbagai jenis cerita rakyat tersebut, berikut ini adalah contoh 12 dongeng cerita rakyat Indonesia yang terkenal, menarik dan penuh dengan makna.
1. Malin Kundang
Dongeng cerita rakyat yang pertama adalah cerita Malin Kundang. Cerita bercerita tentang seorang anak yang bernama Malin Kundang. Malin Hidup bersama ibunya di sebuah desa pesisir pantai Sumatera Barat.
Setelah beranjak dewasa, malin merantau ke kota dengan tujuan agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Setelah beberapa tahun, Malin Kundang kini sudah sukses dan hidup berkecukupan di kota, bahkan dia sudah menikah dengan putri dari seorang bangsawan.
Setelah menikah, istri Malin Kundang yang sedang hamil menginginkan untuk berlibur ke pantai. Karena sangat mencintai istrinya, Malin Kundang dan istrinya pergi berlibur ke pantai dan ternyata pantai tersebut adalah desa dimana ibu Malin Kundang tinggal.
Setibanya di pantai, ibu Malin Kundang yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu anaknya melihat dari kejauhan bahwa Malin Kundang datang dan langsung menghampiri dan memeluknya.
Ketika hal tersebut terjadi, Malin Kundang merasa malu dan tidak mau mengakui ibunya yang berasal dari desa. Sempat terjadi perdebatan hebat antara mereka. Ibu Malin Kundang pun kemudian merasa sedih sekaligus marah karena anaknya kini tidak mengakui dirinya sebagai ibu Malin Kundang.
Ibu Malin Kundang yang murka kemudian berdoa dan mengutuk Malin Kundang menjadi batu. Sembari menyesali perbuatannya yang sudah terlambat, Malin Kundang menunduk dengan posisi bersujud dan perlahan-lahan tubuhnya berubah menjadi batu.
Melalui dongeng cerita rakyat Malin Kundang ini, anak-anak belajar agar tidak durhaka dan bersikap lebih menghormati dan menghargai orang tua mereka.
2. Dongeng Cerita Rakyat Legenda Danau Toba
Dongeng cerita rakyat yang kedua masih berasal dari Sumatera Barat, yaitu legenda Danau Toba. Kisah ini menceritakan tentang seorang pemuda yang bernama Toba yang hidup sederhana dengan bekerja di ladang setiap harinya.
Pada suatu hari, Toba pergi memancing ikan di sebuah sungai. Dari hasil memancing tersebut, toba mendapatkan sebuah ikan yang memiliki warna kuning keemasan. Saat Toba melepaskan mata kail dari mulut ikan tersebut, ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang cantik.
Wanita tersebut kemudian memperkenalkan dirinya. Wanita cantik jelita tersebut bernama Putri. Toba sangat jatuh cinta pada Putri dan memintanya untuk menikah. Putri kemudian menerima lamaran dari Toba, tapi dengan satu syarat.
Syarat tersebut adalah Toba tidak boleh menceritakan kepada siapapun bahwa dirinya (Putri) adalah ikan di sungai tersebut. Toba kemudian menyanggupi permintaan tersebut.
Setelah menikah, mereka berdua hidup secara sederhana dan penuh kebahagiaan. Berbulan-bulan setelahnya, Toba dan Putri dikaruniai seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Samosir.
Seiring berjalannya waktu, Samosir ternyata tumbuh menjadi pribadi yang pemalas dan cukup nakal. Samosir sehari-harinya hanya bermain-main dan bermalas-malasan saja. Selain itu, Samosir juga memiliki nafsu makan yang tinggi.
Suatu ketika, Putri meminta Samosir untuk mengantarkan makanan ke ayahnya di ladang. Karena malas, Samosir merasa terpaksa melakukan hal tersebut. Ditengah perjalanan, Samosir merasa sangat lapar.
Karena merasa sangat lapar, Samosir memakan makanan yang seharusnya diberikan pada ayahnya, Toba. Samosir kemudian hanya menyisakan sedikit dari makanan yang seharusnya diberikan kepada ayahnya.
Setibanya di ladang, Toba sangat kesal dan marah karena melihat makanannya yang hanya tersisa sedikit. Dengan emosi marah tersebut, Toba membentak Samosir dan berkata “Anak tidak tau diuntung, dasar kau anak keturunan ikan!”
Samosir yang sangat ketakutan dan sedih tersebut pulang dan menceritakan apa yang terjadi kepada ibunya. Ibunya yang mendengar cerita tersebut merasa sangat sedih, karena ternyata Toba telah melanggar janjinya.
Putri dan Samosir kemudian berpegangan tangan, dan keduanya pun menghilang secara tiba-tiba. Tak hanya itu, dari setiap jejak langkah Samosir terus muncul air dalam jumlah yang sangat banyak sehingga menenggelamkan wilayah di sekitarnya termasuk Toba.
Cerita ini mengajarkan kepada kita bahwa pentingnya kejujuran dan menepati janji yang sudah dibuat. Dalam kasus ini, Toba melanggar janji dengan menyebut asal usul Putri sebagai ikan. Selain itu, cerita ini juga mengajarkan pentingnya untuk menghormati orang tua. Ketidaktaatan Samosir kepada perintah ayahnya menjadi salah satu pemicu terjadinya bencana. Penting untuk selalu menghormati dan mentaati orang tua.
3. Sangkuriang
Dongeng cerita rakyat ketiga adalah kisah tentang Sangkuriang. Kisah ini bermula dimana pada masa lalu, sepasang dewa dan dewi melakukan kesalahan yang sangat besar hingga diusir dari kahyangan. Ketika dibuang dan turun ke bumi, dewa berubah menjadi seekor anjing bernama Tumang, sementara sang dewi berubah menjadi babi hutan bernama Celeng Wayungyang.
Suatu ketika, seorang raja pergi berburu di hutan bersama kelompoknya. Namun, pada akhirnya raja ini terpisah dari kelompoknya. Sang raja kemudian buang air kecil dan tanpa sengaja, air kecil sang raja ini tekumpul dalam batok kelapa dan diminum oleh Celeng Wayungyang.
Karena Celeng Wayungyang merupakan seorang dewi, secara ajaib dia melahirkan seorang putri yang cantik. Putri ini kemudian ditemukan oleh sang raja tanpa mengetahui bahwa putri ini adalah anak kandung dari sang raja.
Bayi perempuan ini kemudian diberi nama Dayang Sumbi. Ketika sudah dewasa, Dayang Sumbi tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik. Ada banyak pria yang ingin menikahinya namun Dayang Sumbi tidak menginginkan hal tersebut.
Suatu ketika Dayang Sumbi yang sedang menenun kehilangan gulungan benang miliknya. Dayang Sumbi merasa sangat sedih dan berjanji bahwa yang menemukan gulungan benang tersebut akan diberikan hadiah.
Jika yang menemukan gulungan benang tersebut adalah seorang perempuan, maka Dayang Sumbi akan memperlakukannya seperti saudaranya sendiri, dan jika yang menemukan gulungan benang tersebut adalah seorang laki-laki, maka Dayang Sumbi akan menjadikannya suami.
Setelah beberapa saat, ternyata yang menemukan gulungan benang tersebut adalah seekor anjing yang bernama Tumang. Karena sudah berjanji, Dayang Sumbi akhirnya merawat Tumang dengan penuh kasih sayang.
Sang raja yang kesal dengan apa yang akan dilakukan oleh Dayang Sumbi, kemudian mengusir dan membuang Dayang Sumbi ke sebuah pondok sederhana di dalam hutan.
Sering kali, Dayang Sumbi dibuat bingung karena setiap bulan purnama, anjing tersebut berubah menjadi pria tampan. Dari pernikahan mereka ini, lahirlah seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Sangkuriang.
Ketika beranjak dewasa, suatu ketika Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu seekor babi hutan. Tetapi, babi hutan yang dia temui itu ternyata adalah Celeng Wayungyang, nenek dari Sangkuriang.
Tuman mencoba menghentikan perbuatan Sangkuriang tersebut. Merasa kesal dan tidak mendapatkan apapun, Sangkuriang kemudian melukai Tumang dan mengambil hatinya untuk dibawa pulang.
Ketika waktu makan malam tiba, Tumang sudah menjadi hati yang dibawa Sangkuriang sebagai bahan makanan. Ketika Dayang Sumbi mencoba memanggil Tumang untuk membagikan makanan, Tumang tak kunjung datang.
Merasa bersalah dan sedih, Sangkuriang lalu menjelaskan bahwa hati yang dibawa olehnya adalah hati Tumang. Merasa sedih dan marah, Dayang Sumbi lalu memukul Sangkuriang hingga meninggalkan bekas luka di kepalanya.
Karena berpikir bahwa ibunya membencinya, Sangkuriang kabur dari rumah. Setelah beberapa saat, Dayang Sumbi menyesal telah melakukan hal tersebut dan berdoa kepada dewa agar menyatukan kembali dirinya dengan Sangkuriang, anaknya.
Ketika Sangkuriang keluar rumah, Sangkuriang ternyata telah lupa ingatan dan bahkan tidak mengetahui bahwa dia memiliki seorang ibu bernama Dayang Sumbi.
Sangkuriang kini telah tumbuh dewasa, suatu ketika, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita cantik di hutan dan ternyata itu adalah Dayang Sumbi, namun karena hilang ingatan, Sangkuriang tidak mengetahui bahwa wanita tersebut adalah ibunya.
Karena tertarik dan jatuh cinta, Sangkuriang kemudian melamar wanita tersebut. Karena sudah bertahun-tahun tidak bertemu, Dayang Sumbi pada awalnya tidak mengetahui bahwa yang melamarnya adalah anaknya, Sangkuriang.
Namun sehari sebelum pernikahan, Dayang Sumbi mendapati bekas luka yang sama pada kepala pria yang akan dinikahinya sama dengan bekas luka Sangkuriang.
Mengetahui hal tersebut, Dayang Sumbi mencoba menggagalkan pernikahan tersebut dengan menjelaskan kepada Sangkuriang bahwa dia adalah ibunya, namun Sangkuriang tidak mau mendengar penjelasan dari Dayang Sumbi.
Dayang Sumbi kemudian memberikan syarat yang tidak mungkin bisa dilakukan Sangkuriang untuk pernikahan tersebut. Syarat tersebut adalah Sangkuriang harus membuatkan sebuah danau dengan perahu yang akan digunakan nantinya dalam waktu satu malam.
Sangkuriang kemudian menyanggupi hal tersebut. Dengan dibantu oleh makhluk gaib, Sangkuriang hampir berhasil menyelesaikan permintaan Dayang Sumbi.
Sadar Sangkuriang akan berhasil, Dayang Sumbi menggunakan syal ajaibnya untuk membuat cahaya dari timur sehingga seolah-olah fajar telah tiba. Sangkuriang merasa gagal untuk memenuhi syarat pernikahan dari Dayang Sumbi.
Sangkuriang yang merasa kesal dan gagal memenuhi persyaratan pernikahan dari Dayang Sumbi kemudian menendang perahu tersebut hingga terbalik dan perahu tersebut berubah menjadi gunung yang kini dikenal Gunung Tangkuban Perahu.
Meski gagal memenuhi permintaan Dayang Sumbi, Sangkuriang tetap memaksa Dayang Sumbi untuk menikah. Hal ini membuat Dayang Sumbi berusaha kabur dari Sangkuriang. Agar selamat dari kejaran Sangkuriang, Dayang Sumbi meminta bantuan kepada Tuhan untuk membantunya.
Permintaan tersebut kemudian terkabul dan Dayang Sumbi berubah menjadi bunga Jaksi dan Sangkuriang gagal menemukannya.
Cerita ini menekankan pentingnya kejujuran dan komunikasi terbuka dalam hubungan. Penipuan awal Dayang Sumbi dan kurangnya komunikasi terbuka Sangkuriang tentang identitasnya berujung pada konsekuensi tragis.
Sebagai tambahan, Cinta terlarang antara Sangkuriang dan Dayang Sumbi juga dapat menjadi pengingat pentingnya menghargai batasan dan kesucian hubungan keluarga. Tindakan mereka menunjukkan sifat destruktif dari pelanggaran batas-batas moral ini.
4. Dongeng Cerita Rakyat Roro Jonggrang
Dongeng cerita rakyat yang berikutnya dari Yupi kali ini adalah kisah Roro Jonggrang. Kisah Roro Jonggrang dimulai ketika ayahnya, yakni raja Prambanan kalah dalam perang dengan Bandung Bondowoso. Saat itu, Bandung Bondowoso juga ingin menjadikan Roro Jonggrang anak dari raja Prambanan sebagai istrinya.
Roro Jonggrang menolak hal tersebut. Tidak terima akan hal tersebut, Roro Jonggrang dimasukan ke dalam sel tahanan bersama Bi Sumi dan dayang-dayang lainnya.
Hampir setiap hari Bandung Bondowoso menemui dan meminta Roro Jonggrang menjadi istrinya. Lelah karena terus diminta, Roro Jonggrang kemudian memberikan satu syarat kepada Bandung Bondowoso.
Jika Bandung Bondowoso berhasil memenuhi syarat tersebut, maka Roro Jonggrang mau menjadi istri Bandung Bondowoso. Syarat dari Roro Jonggrang adalah dia meminta Bandung Bondowoso membangun 1000 candi dalam waktu satu malam.
Bandung Bondowoso menerima syarat tersebut dan dia kemudian meminta bantuan jin untuk melakukannya.
Roro Jonggrang yang melihat bahwa Bandung Bondowoso hampir menyelesaikan persyaratan tersebut, kemudian bersama Bi Sumi melakukan ide untuk agar Bandung Bondowoso gagal memenuhi persyaratan dari Roro Jonggrang tersebut.
Mereka membakar banyak jerami sehingga langit menjadi cerah, sementara dayang-dayang lainnya membantu dengan menumbuk lesung dan membuat ayam berkokok yang merupakan tanda pagi hari telah tiba.
Mendapati hal tersebut, Bandung Bondowoso gagal memenuhi persyaratan dari Roro Jonggrang karena setelah dihitung ulang, jumlah candi yang dibuat kurang satu buah, atau hanya selesai 999 buah candi.
Marah akan hal tersebut, Bandung Bondowoso kemudian mengubah Roro Jonggrang menjadi candi ke 1000 sehingga jumlah candi tersebut menjadi 1000 candi.
Kisah Roro Jonggrang menjadi contoh nyata bagaimana kebohongan dan tipuan dapat membawa konsekuensi negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Tindakannya yang tidak jujur ??menimbulkan kehancuran, kesedihan, dan tragedi.
5. Joko Kendil
Dongeng cerita rakyat berikutnya adalah cerita tentang Joko Kendil. Dikisahkan pada zaman dahulu kala, di sebuah desa terpencil di Jawa Tengah, hiduplah seorang anak yang bernama Joko Kendil.
Joko Kendil memiliki penampilan yang tidak menarik karena memiliki bentuk seperti kendil atau guci kayu yang pendek dan lebar.
Seiring berjalannya waktu, Joko Kendil memiliki keinginan untuk menikah dengan putri raja. Mendapati hal tersebut, ibu Joko Kendil sempat terheran-heran dan mengatakan itu hal yang mustahil. Namun karena kasih sayangnya kepada Joko Kendil, ibu tersebut mencoba memenuhi permintaan tersebut.
Sesampainya di istana raja, ibu Joko Kendil menyampaikan maksudnya kepada raja. Raja memiliki 3 orang putri, yaitu Dewi Kantil, Dewi Mawar dan Dewi Melati. Dari ketiga putri raja tersebut, ternyata Dewi Melati mau menerima lamaran tersebut.
Joko Kendil dan Dewi Melati kemudian menikah, namun setiap harinya, Dewi Kantil dan Dewi Mawar terus menghina Dewi Melati yang menikahi Joko Kendil.
Hingga pada suatu ketika, diadakanlah perlombaan ketangkasan di kerjaan. Joko Kendil tidak hadir dalam acara tersebut karena sedang sakit.
Dalam acara tersebut, hadirlah seorang pangeran tampan dan gagah. Dewi Kantil dan Dewi Mawar sangat menyukai pangeran yang tampan dan gagah tersebut sambil terus menghina Dewi Melati dan Joko Kendil.
Tidak tahan dengan hinaan Dewi Kantil dan Dewi Mawar, Dewi Melati yang merasa kesal kemudian membanting kendil atau guci tanah ketika berada di rumah.
Betapa terkejutnya Dewi Melati mendapati pria yang tampan dan gagah tersebut keluar dari kendil tersebut. Pria tampan dan gagah tersebut kemudian menjelaskan bahwa dirinya adalah Joko Kendil.
Penampilannya yang seperti kendil selama ini adalah karena kehendak Dewata. Penampilannya akan kembali seperti semula jika ada seorang wanita yang mencintainya dengan tulus.
Kisah Joko Kendil mengajarkan bahwa penampilan fisik bukanlah penentu kebahagiaan dan cinta sejati. Dewi Melati menerima Joko Kendil apa adanya, meskipun dia memiliki fisik yang berbeda. Cerita ini mendorong kita untuk melihat melampaui penampilan luar dan menghargai seseorang berdasarkan karakter dan kepribadiannya.
6. Ande-Ande Lumut
Dongeng cerita rakyat yang selanjutnya adalah kisah Ande-Ande Lumut. Suatu ketika hiduplah seorang janda miskin dengan anaknya yang sangat tampan bernama Ande-Ande Lumut.
Banyak wanita mencoba melamar Ande-Ande Lumut, namun selalu ditolaknya. Di dekat desa tempat Ande-Ande lumut tinggal namun terpisahkan oleh sungai yang cukup besar, juga hiduplah seorang janda kaya bernama Nyi Menah.
Nyi Menah memiliki enam orang anak, Klenting Merah, Klenting Hijau, Klenting Biru, Klenting Ungu, Klenting Kelabu dan Klenting Hitam. Selain mereka, dalam rumah tersebut juga hidup seorang wanita yang bernama Klenting Kuning.
Klenting Kuning setiap harinya diperlakukan tidak menyenangkan dan juga diperlakukan seperti seorang pembantu.
Suatu hari Nyi Menah ingin memperkenalkan anak-anaknya kepada Ande-Ande Lumut dengan agar salah satunya dinikahi oleh Ande-Ande Lumut. Namun untuk bisa mencapai rumah Ande-Ande Lumut, mereka semua harus melewati sungai yang dijaga oleh kepiting raksasa bernama Yuyu Kangkang.
Agar bisa melewati Yuyu Kangkang, Yuyu Kangkang memberikan syarat kepada mereka. Syarat tersebut adalah Yuyu Kangkang harus mencium semua anak Nyi Menah.
Karena sangat ingin bertemu dengan Ande-Ande Lumut, mereka semua menyanggupi hal tersebut. Setibanya di rumah Ande-Ande Lumut, Ande-Ande Lumut juga menolak semua lamaran dari anak-anak Nyi Menah karena mereka telah dicium oleh Yuyu Kangkang.
Mereka semua kemudian pulang dengan perasaan kecewa. Sementara itu, Klenting Kuning juga pergi ke rumah Ande-Ande Lumut setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
Agar Yuyu Kangkang tidak mencium Klenting Kuning, Klenting Kuning mengelus pipinya dengan kotoran ayam. Karena hal tersebut Klenting Kuning bisa sampai ke rumah Ande-Ande Lumut tanpa dicium oleh Yuyu Kangkang.
Ande-Ande Lumut kemudian memilih Klenting Kuning sebagai istrinya. Selain itu juga Ande-Ande Lumut berubah menjadi seorang pangeran yang bernama pangeran Inu Kertapati. Mereka hidup bahagia setelahnya.
Klenting Kuning menunjukkan kesabaran dan kegigihannya dalam menghadapi perlakuan tidak adil dan rintangan yang sulit. Meskipun diperlakukan sebagai pembantu dan dihina oleh Klenting Merah dan yang lainnya, dia tidak pernah menyerah dan terus berusaha untuk mencapai mimpinya.
Baca Juga : 7 Rekomendasi Buku Cerita Anak Bergambar, Cek Disini!
7. Dongeng Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih
Dongeng cerita rakyat yang satu ini sudah cukup terkenal, yaitu dongeng bawang merah dan bawang putih. Pada zaman dahulu, di suatu desa, hiduplah seorang janda dengan 2 orang anak, yaitu Bawang Merah dan Bawang Putih.
Bawang Merah dan Bawang Putih memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Bawang Merah memiliki sifat pemalas, sombong dan iri hati. Sementara Bawang Putih memiliki sifat rajin, baik hati jujur dan rendah hati.
Selain itu juga, Bawang Putih ini adalah anak tiri dari ibunya dan saudara tiri dari Bawang Merah.
Bawang Putih sering kali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari ibunya dan Bawang Merah, selain itu juga, Bawang Putih lebih sering mengerjakan rumah.
Suatu ketika, saat Bawang Putih sedang mencuci baju di sungai, salah satu pakaian ibu tirinya hanyut terbawa arus. Karena takut akan dimarahi, Bawang Putih mencari pakaian tersebut.
Setelah mencoba mencari, Bawang Putih menemukan sebuah gua dimana di dalamnya tinggal seorang wanita tua. Bawang Putih bertanya kepada wanita tua tersebut apakah dia melihat pakaian yang sedang Bawang Putih cari.
Wanita tua tersebut berkata bahwa pakaian tersebut ada padanya, dan akan mengembalikannya pada Bawang Putih tapi dengan satu syarat.
Syarat dari wanita tua tersebut adalah untuk membantu pekerjaannya. Bawang Putih menyanggupi persyaratan tersebut.
Setelah membantu wanita tua tersebut, pakaian tersebut dikembalikan ke Bawang Putih. Sebagai bentuk terima kasih, wanita itu memberikan Bawang Putih dua buah labu, buah labu besar dan kecil. Bawang Putih diminta memilih salah satu dari kedua buah labu tersebut.
Bawang Putih akhirnya memilih buah labu yang kecil. Setibanya di rumah, Bawang Putih dimarahi oleh ibunya dan Bawang Merah. Karena marah, ibu tirinya kemudian membanting buah labu yang dibawa oleh Bawang Putih.
Betapa terkejutnya mereka mendapati isi labu tersebut adalah perhiasan. Bawang Putih juga menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan labu tersebut.
Setelah mendengar ceritanya, mereka malah membentak Bawang Putih karena tidak mengambil buah labu yang besar, karena dalam pikiran mereka, mereka bisa mendapatkan lebih banyak perhiasan.
Karena keserakahannya, Bawang Merah juga mendatangi gua tempat nenek tua tersebut tinggal. Namun tidak seperti Bawang Putih, Bawang Merah tidak membantu nenek tua tersebut terlebih dahulu namun langsung meminta buah labu yang besar milik nenek tua tersebut.
Nenek tua tersebut akhirnya memberikan buah labu yang besar kepada Bawang Merah. Setibanya dirumah, Bawang Merah dan ibunya memecahkan juga buah labu besar yang dibawa oleh Bawang Merah.
Namun berbeda dengan Bawang Putih, buah labu yang dibawa Bawang Merah ternyata berisi ular berbisa yang menakutkan.
Mereka berdua, Bawang Merah dan ibunya, kemudian menyadari bahwa apa yang selama ini mereka lakukan kepada Bawang Putih adalah tindakan yang tidak baik dan meminta maaf kepada Bawang Putih.
Di cerita ini, Bawang Putih digambarkan sebagai sosok yang baik hati, jujur, dan selalu membantu orang lain. Sifat-sifat ini membantunya untuk mendapatkan pahala dan kebahagiaan dalam hidupnya. Bawang Merah dan ibunya digambarkan sebagai sosok yang tamak, sombong, dan iri hati. Sifat-sifat ini membawa mereka ke dalam kesengsaraan dan penyesalan.
8. Legenda Situ Bagendit
Dongeng cerita rakyat dari Yumin kali ini adalah legenda Situ Bagendit. Pada zaman dahulu kala, di utara kota Garut, hiduplah seorang tengkulak atau pedagang perantara yang biasa membeli padi dari para petani untuk kemudian dijual kembali yang bernama Nyai Endit.
Nyai Endit adalah tengkulak janda kaya raya yang kikir dan congkak. Nyai Endit sering kali menekan para petani untuk menjual padinya dengan harga yang murah. Bahkan ketika para petani sedang kesulitan, Nyai Endit menjual kembali padinya kepada petani dengan harga yang mahal.
Nyai Endit sering kali mengadakan pesta dan menghambur-hamburkan harta dan nasi dari padi yang dimilikinya sambil memamerkan harta-harta miliknya.
Pada suatu hari di musim kemarau, ketika stok makanan milik para petani sudah menipis, Nyai Endit tetap mengadakan pesta di rumahnya. Pada saat pesta tersebut, datanglah seorang pengemis tua yang meminta makanan kepada Nyai Endit.
Namun dengan sombongnya, Nyai Endit meminta para penjaganya mengusir pria tua tersebut.
Keesokkan harinya, ketika sedang berjalan-jalan di desa, Nyai Endit mendapati kerumunan yang sedang mencoba mencabut tongkat dari tanah, namun tidak ada yang berhasil melakukannya.
Ketika Nyai Endit mendekati tongkat tua tersebut, Nyai Endit melihat pengemis tua yang kemarin dilihatnya. Nyai Endit pun memaki pengemis tua tersebut dan mengatakan bahwa tongkat tersebut adalah ulahnya.
Nyai Endit juga meminta pria pengemis tua tersebut untuk mencabut tongkat tersebut. Ajaibnya, tongkat tersebut dapat dicabut oleh pengemis tua tersebut.
Setelah tongkat dicabut, tiba-tiba air mengalir yang deras mengalir dari tempat tongkat tersebut tertancap.
Air yang mengalir keluar tersebut terus membanjiri desa tersebut, para penduduk desa berbondong-bondong pergi menyelamatkan diri.
Namun berbeda dengan para penduduk desa, Nyai Endit justru melarikan diri ke rumahnya dan sibuk menyelamatkan harta-hartanya. Nyai Endit kemudian tenggelam di rumahnya bersama dengan harta-hartanya.
Dari cerita ini, pesan yang disampaikan adalah kesombongan dan ketamakan akan mendatangkan bencana. Sifat sombong dan tamak yang dimiliki Nyai Endit menjadikannya tidak peduli dengan penderitaan orang lain. Dia hanya mementingkan diri sendiri dan hartanya, bahkan tega menindas para petani. Sikapnya ini pada akhirnya membawa malapetaka baginya sendiri.
9. Legenda Kebo Iwa dan Asal-Usul Gunung Batur
Dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri yang telah lama mendambakan keturunan. Doa mereka dikabulkan oleh Sang Hyang Widi Wasa, dan akhirnya, seorang anak laki-laki lahir ke dunia.
Anak ini, yang diberi nama Kebo Iwa, tumbuh dengan cepat dan memiliki nafsu makan yang tak terpuaskan. Sejak bayi, nafsu makannya setara dengan sepuluh orang dewasa. Saat ia bertambah dewasa, Kebo Iwa menjadi semakin kuat dan besar, membuat kedua orang tuanya kewalahan.
Kebo Iwa, yang terkenal dengan kemarahannya, sering merusak apa pun yang ada di depannya ketika tidak puas dengan makanan. Warga desa pun ketakutan dengan sifatnya yang ganas.
Meski begitu, Kebo Iwa bersedia membantu pekerjaan berat warga desa, seperti membuat sumur, memindahkan rumah, dan mengangkut batu-batu besar. Ia melakukannya dengan cekatan, namun imbalannya selalu berupa makanan dalam jumlah besar.
Suatu hari, saat musim paceklik melanda dan penduduk kesulitan memberikan makanan untuk Kebo Iwa, mereka merasa sangat khawatir. Warga desa pun berembuk untuk mencari cara agar Kebo Iwa tidak lagi mengancam mereka.
Akhirnya, mereka sepakat untuk membuat rencana. Warga desa mendekati Kebo Iwa dan mengajaknya membuat sumur yang sangat besar. Mereka menjanjikan imbalan berupa makanan dalam jumlah yang sangat banyak. Kebo Iwa setuju tanpa curiga.
Bergotong-royong, warga desa mengumpulkan makanan dan batu kapur. Mereka menyampaikan rencana membuat rumah besar dan indah untuk Kebo Iwa sebagai imbalannya. Kebo Iwa pun bekerja keras menggali tanah untuk membuat sumur yang semakin besar.
Hari demi hari berlalu, sumur yang digali oleh Kebo Iwa semakin dalam dan lebar. Kepala desa meminta agar Kebo Iwa membuat kolam yang lebih besar lagi. Kebo Iwa, tertarik dengan janji warga desa, setuju melanjutkan pekerjaannya.
Namun, pada suatu saat, warga desa menjalankan rencananya. Mereka melemparkan batu kapur ke dalam lubang galian yang digali oleh Kebo Iwa, yang tanpa sadar terus bekerja. Air semakin memancar, dan batu kapur yang masuk ke dalam lubang membuat hidung Kebo Iwa tersumbat.
Kebo Iwa yang merasa kelelahan dan kelaparan meminta istirahat dan makanan. Warga desa memberinya makanan dalam jumlah besar, lalu secara tiba-tiba, mereka melemparkan lebih banyak batu kapur ke dalam lubang.
Tersedak dan tidak dapat menyelamatkan diri, Kebo Iwa akhirnya tenggelam di dalam sumur yang ia gali sendiri. Air pun meluap, menciptakan Danau Batur, sementara tanah di sekitarnya membentuk Gunung Batur.
Kebo Iwa yang memiliki nafsu makan tak terpuaskan dan selalu ingin lebih banyak, pada akhirnya terjebak dalam kelicikan warga desa. Keserakahannya membuatnya mudah dimanipulasi dan terjerumus ke dalam bahaya.
10. Cerita Rakyat Putri Ayu
Pada zaman dahulu, empat anak raja, dua laki-laki dan dua perempuan, berkeinginan keluar mencari petualangan di luar istana mereka. Meskipun sebagai anak raja, mereka tidak diizinkan pergi jauh dari istana. Suatu hari, mereka mencium aroma harum yang menarik perhatian mereka, dan meminta izin kepada orang tua mereka untuk menemukan asal bau tersebut.
Mereka menjelajah ke arah timur, menyusuri pantai utara, bahkan menyeberangi pulau Bali. Perjalanan penuh rintangan, termasuk pertemuan dengan binatang buas seperti harimau dan ular, namun mereka berhasil melewatinya.
Setibanya di kaki Gunung Batur, sang putri bungsu jatuh cinta pada pemandangan tersebut dan memutuskan untuk tinggal di Pura Batur di lereng gunung. Kakak-kakaknya tidak setuju, tetapi sang putri tetap pada keputusannya dan ditinggal sendirian di sana.
Ketiga kakaknya melanjutkan perjalanan untuk mencari bau harum. Saat tiba di suatu tempat datar di sebelah barat daya danau, mereka mendengar kicauan burung. Kakak tertua tidak suka dengan kelakuan adiknya yang ingin menangkap burung tersebut.
Kakak tertua meminta adiknya untuk berhenti, tetapi sang adik tidak menghiraukan dan terus mengejar burung. Akhirnya, sang kakak meninggalkannya karena tidak menuruti.
Di tempat lain, mereka bertemu dua wanita yang sedang mencari kutu. Adik perempuan tertarik untuk ikut bersama mereka. Kakak tertua marah dan meminta adiknya untuk melanjutkan perjalanan atau tinggal di sana. Adik memilih tinggal, dan sang kakak meneruskan perjalanan sendiri.
Tiba di Desa Trunyan, sang kakak tertua merasa bau harum yang dicari selama ini. Ia menyadari bahwa bau itu berasal dari Pohon Taru Menyan. Di sana, ia bertemu Putri Ayu yang cantik. Mereka menikah, dan sang kakak menjadi kepala desa, hidup bahagia bersama Putri Ayu.
Sikap ketiga kakak yang tidak menuruti nasihat sang kakak tertua untuk berhenti mengejar burung dan kutu, pada akhirnya membawa mereka ke jalan yang berbeda. Kita harus belajar untuk menghormati orang tua dan mendengarkan nasihat mereka demi kebaikan diri sendiri.
11. Nagari Minangkabau
Di zaman dahulu, di Sumatera Barat, terdapat Kerajaan Pagaruyung yang dipimpin oleh seorang raja bijaksana. Suatu hari, kabar mengejutkan datang bahwa Kerajaan Majapahit dari Jawa akan menyerang. Meski demikian, pemimpin Pagaruyung tidak gentar.
Dalam sidang darurat, para pemimpin mencari solusi untuk menghindari pertumpahan darah. Penasehat Raja menyarankan pendekatan damai dengan mengundang musuh untuk berunding di perbatasan. Jika ditolak, mereka bisa mengadakan adu kerbau.
Rencana ini disetujui, dan putri Datuk Tantejo Garhano bersama dayang-dayang cantik menyambut pasukan Majapahit dengan sopan. Mereka mengajak musuh berunding sambil menyuguhkan hidangan lezat.
Pemimpin Majapahit terkesan dengan perlakuan ini, sehingga mereka setuju untuk adu kerbau sebagai ganti peperangan. Kedua belah pihak sepakat untuk memilih kerbau tanpa menentukan jenis atau ukuran.
Pertandingan adu kerbau berlangsung di lapangan luas. Kerbau Pagaruyung yang tampak lemah sebenarnya memiliki taktik rahasia. Anak kerbau itu dipasangi besi runcing di mulutnya.
Dalam persiapan untuk adu kerbau yang akan menentukan nasib Kerajaan Pagaruyung, sang Raja dan penasehatnya merancang rencana rahasia. Mereka memilih seekor anak kerbau yang tampak lemah dan masih menyusu. Namun, yang membuatnya unik, di mulut anak kerbau itu dipasang besi runcing berbentuk kerucut, sementara sehari sebelum pertandingan, ia dipisahkan dari induknya dan sengaja dibuat lapar.
Keesokan harinya, saat pertandingan di padang yang luas, anak kerbau yang tampak tak berdaya itu dilepas ke arena. Di sisi lain, kerbau milik pasukan Majapahit tampil beringas dan siap tempur. Begitu keduanya saling berhadapan, anak kerbau Pagaruyung, tanpa sadar, mulai mendekati kerbau besar lawan, mengira bahwa itu adalah induknya.
Pandangan penonton dari kedua belah pihak terfokus pada momen tegang ini. Saat anak kerbau Pagaruyung mendekati perut kerbau besar, besi runcing di mulutnya dengan sigap menembus perut lawan. Tidak terduga, perut kerbau pasukan Majapahit terluka dan darah mulai mengalir. Setelah beberapa tusukan, kerbau Majapahit roboh.
Pagaruyung memenangkan pertandingan tanpa pertumpahan darah. Kabar kemenangan ini menyebar, dan tempat itu kemudian dinamakan Nagari Minangkabau. Untuk mengenang peristiwa tersebut, penduduk membangun rumah rangkiang yang atapnya menyerupai tanduk kerbau.
kisah ini mengajarkan pentingnya keberanian dan kecerdasan dalam membuat sebuah keputusan. Pemimpin Kerajaan Pagaruyung menunjukkan keberanian dan kecerdasan dalam menghadapi ancaman dari Kerajaan Majapahit. Mereka tidak langsung berperang, tetapi mencari solusi damai melalui adu kerbau dan strategi cerdik anak kerbau.
12. Cerita Rakyat Si Kabayan
Dahulu kala di tanah Pasunda hiduplah Si Kabayan, seorang lelaki cerdas namun pemalas. Kepandaian yang dimilikinya lebih sering digunakan untuk mengecoh dan mendukung kemalasannya. Ia memiliki istri bernama Nyi Iteung. Suatu hari, mertuanya memerintahkan Si Kabayan untuk mengambil siput-siput di sawah. Dengan malasnya, Si Kabayan pergi ke sawah dan hanya duduk di pematang tanpa mengambil satu pun siput.
Lama tak pulang, mertuanya mendatangi sawah dan kaget melihat Si Kabayan hanya duduk santai. Saat ditanyai, Si Kabayan memberikan alasan tak masuk akal bahwa ia takut karena sawah terlalu dalam. Untuk membuktikan, Si Kabayan menunjukkan langit yang terlihat dari sawah. Mertuanya geram dan mendorong Si Kabayan ke dalam sawah. Baru di situ, Si Kabayan baru sadar bahwa sawah itu sebenarnya dangkal, dengan senyum menyebalkan ia mengambil siput-siput.
Pada hari berikutnya, mertuanya menyuruh Si Kabayan memetik buah nangka di atas sungai. Meskipun malas, Si Kabayan akhirnya menuruti. Saat memetik, buah nangka jatuh ke sungai, tapi Si Kabayan tidak buru-buru mengambilnya. Ia malah menyatakan bahwa buah itu pulang lebih dulu untuk menghindari hujan. Mertuanya bingung dengan penjelasan aneh ini.
Dalam petualangan lain, saat memetik kacang koro, Si Kabayan malas dan tidur di dalam karung. Saat adzan Dhuhur berkumandang, mertuanya pulang dan menduga Si Kabayan sudah pulang duluan. Dengan kesal, mertuanya membawa pulang karung yang ternyata berisi Si Kabayan. Marah dan jengkel, mertuanya ingin membalas dendam.
Ketika kembali memetik kacang koro, mertuanya diam-diam masuk ke dalam karung dan tidur. Saat Si Kabayan berhenti bekerja, ia melihat mertuanya tidur di dalam karung. Tanpa memikirkan pemanggulan seperti yang dilakukan mertuanya, Si Kabayan malah menyeret karung pulang. Mertuanya meronta-ronta, tapi Si Kabayan dengan santainya berkata bahwa karung itu digunakan untuk kacang koro.
Sejak peristiwa itu, mertuanya menjauhi Si Kabayan. Untuk memperbaiki hubungan, Si Kabayan mencari cara dengan menanyakan nama asli mertuanya pada istrinya.
Si Kabayan memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang mertuanya dan meminta bantuan Nyi Iteung, istrinya. Meskipun awalnya enggan, Nyi Iteung akhirnya memberitahu Si Kabayan nama asli mertuanya, yaitu Ki Nolednad. Namun, Nyi Iteung memberikan pesan keras agar suaminya tidak menyebarkan rahasia tersebut karena dianggap melanggar pantangan untuk memberi tahu namanya.
Si Kabayan, dengan niat baik, mencari cara untuk mendekati hati mertuanya. Ia memutuskan untuk menggunakan tradisi leluhur dengan menyelenggarakan ritual di sekitar air enau. Dengan membawa air enau yang kental dan kapuk dalam jumlah banyak, Si Kabayan menciptakan suasana yang cocok untuk ritual.
Saat mertuanya sedang mandi, Si Kabayan, yang berpakaian putih dan wajahnya dicat putih, memanjat pohon dan bersembunyi di dahan. Dengan penuh tekad, Si Kabayan berseru dengan menyebut nama asli mertuanya, Nolednad. Mertua Si Kabayan yang terkejut mencari sumber suara, kini dihadapkan pada sosok putih yang menyeramkan.
Makhluk putih itu mengaku sebagai kakek penunggu lubuk, memohon agar mertua Si Kabayan menyayangi Si Kabayan sebagai cucunya. Mertuanya juga diminta untuk mengurus sandang, pangan, dan memberikan tempat tinggal meskipun kecil. Dalam jaminan keselamatannya, mertuanya akhirnya menuruti perintah kakek penunggu lubuk.
Sejak kejadian itu, sikap mertua Si Kabayan berubah drastis. Ia tidak hanya tidak membenci menantunya lagi, tetapi juga mencukupi kebutuhan hidupnya. Si Kabayan, sadar akan sifat buruknya, mulai mengubah perilakunya. Ia bekerja keras sebagai buruh untuk menyokong kehidupan rumah tangganya.
Hubungan antara Si Kabayan dan mertuanya semakin membaik, dan Nyi Iteung semakin mencintai Si Kabayan atas perubahan positif yang ia tunjukkan. Keluarga Pasunda pun kembali merasakan kedamaian dan kebahagiaan dalam rumah tangga.
Cerita si kabayan ini mengajarkan pentingnya kejujuran dan keterbukaan kepada orang lain. Si Kabayan yang sering berbohong dan menipu pada akhirnya mendapatkan konsekuensi dari perbuatannya. Mertuanya menjadi marah dan menjauhinya. Kejujuran dan keterbukaan adalah kunci untuk membangun hubungan yang harmonis dan saling percaya.
Apa saja Ciri-ciri Cerita Rakyat?
Umumnya terdapat lima ciri-ciri utama dalam cerita rakyat seperti berikut:
1. Penyampaian secara Lisan
Cerita rakyat umumnya disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut, seperti tradisi memberikan cerita dongeng sebelum tidur pada anak, misalnya. Sebaliknya, karya sastra modern seperti novel dan cerpen hadir dalam bentuk tulisan.
2. Diwariskan Turun-Temurun
Cerita rakyat diceritakan dari generasi ke generasi (dari nenek moyang ke anak muda) melalui tradisi lisan.
3. Tanpa Pengarang Tertentu
Sebagian besar cerita rakyat tidak memiliki pengarang yang jelas, karena tradisi penyampaiannya yang lisan. Ketiadaan catatan tertulis dalam cerita rakyat ataupun kumpulan cerpen anak menjadi faktor penyebabnya.
4. Mengandung Nilai-Nilai Moral
Cerita rakyat sering kali memuat nilai-nilai moral yang mendalam. Contohnya, dalam cerita Malin Kundang yang selain merupakan cerita inspiratif, terdapat pesan etika dan rasa hormat terhadap orang tua.
5. Memiliki Sifat Tradisional yang Kental
Cerita rakyat cenderung mempertahankan sifat tradisional yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan adat yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya, cerita rakyat seperti Legenda Danau Toba yang menceritakan asal-usul Danau Toba di Sumatera Utara, mencerminkan nilai budaya dan adat seperti kearifan lokal, kepatuhan terhadap orang tua, dan kesaktian.
Contoh lain cerita rakyat yang mempertahankan sifat tradisional adalah Hikayat Si Malin Kundang dari Sumatera Barat, yang mengajarkan nilai kasih sayang orang tua, kepatuhan terhadap orang tua, dan karma.
Apa saja Jenis-jenis Cerita Rakyat?
Ada 5 jenis cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Indonesia, diantaranya adalah:
Cerita Dongeng
Dongeng adalah narasi yang melibatkan unsur khayalan atau imajinasi, seperti tokoh-tokoh binatang yang mampu berbicara. Cerita ini merupakan fiksi yang diciptakan untuk hiburan, seringkali digunakan orang tua untuk mengembangkan imajinasi anak-anak sebelum tidur. Cerita ini juga mirip juga sering kali dikaitkan dengan cerita fantasi.
Cerita Mitos
Mitos merupakan cerita rakyat yang dianggap benar pada masa lalu dan sering mengandung unsur keagamaan atau ritual. Tokoh utama dalam mitos bisa berupa dewa atau makhluk gaib yang memiliki sifat manusiawi.
Cerita Legenda
Legenda memiliki kesamaan dengan mitos karena dianggap mengandung kebenaran. Namun, legenda lebih fokus pada aspek dunia manusia daripada unsur keagamaan. Kisah legenda dapat berupa asal-usul tempat, benda, atau fenomena alam. Cerita legenda sendiri juga seringkali dibuat dalam bentuk cerpen bahasa Inggris untuk meningkatkan nilai wawasan pengetahuan bahasa asing.
Cerita Fabel
Fabel menceritakan kehidupan binatang sebagai karakter utama dan disertai pesan moral atau ajaran. Cerita ini sering diarahkan sebagai sarana hiburan untuk anak-anak, sambil menyampaikan nilai-nilai moral melalui kehidupan binatang. Ada banyak sekali contoh cerita fabel penuh pesan moral yang bisa diceritakan pada anak, seperti cerita fabel harimau, singa dan tikus, dan masih banyak lainnya.
Cerita Hikayat
Hikayat berfokus pada cerita kepahlawanan atau kekuatan seseorang yang dianggap berjasa bagi masyarakat. Jenis cerita ini sering dikaitkan dengan sejarah, mengisahkan peristiwa-peristiwa dari masa lalu.
Epos
Cerita kepahlawanan yang mengisahkan tentang perjuangan para pahlawan, seperti Ramayana yang menceritakan kisah Rama melawan Rahwana.
Cerita Jenaka
Cerita jenaka atau cerita lucu yang bertujuan untuk menghibur, seperti Bawang Merah Bawang Putih yang menceritakan tentang dua orang kakak beradik yang memiliki sifat yang berbeda.
Cerita Paralel
Cerita yang menggabungkan unsur manusia dan hewan, seperti Kancil dan Buaya yang menceritakan tentang kecerdikan Kancil dalam mengelabui buaya.
Sage
Cerita yang menjelaskan asal-usul suatu tempat atau benda, seperti Asal Mula Gunung Krakatau yang menceritakan tentang letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.
Parabel
Parabel adalah jenis cerita rakyat yang menghadirkan pesan moral melalui kisah benda mati yang berperan sebagai tokoh utama. Salah satu contoh cerita rakyat parabel yang terkenal adalah Kisah Sepasang Slop.
Setiap jenis cerita rakyat tersebut memperkaya warisan budaya Indonesia dengan keberagaman tema, karakter, dan nilai-nilai yang disampaikan.
Apa Manfaat Mengenalkan Cerita Rakyat pada Anak?
Mengenal dongeng cerita rakyat sangat baik bagi anak-anak, beberapa manfaat menceritakan dongeng cerita rakyat kepada anak-anak adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
- Mengembangkan kemampuan bersosialisasi.
- Meningkatkan kemampuan mengontrol emosi.
- Mengajarkan anak membaca.
- Meningkatkan pengetahuan.
- Merupakan suatu kebiasaan yang baik.
- Meningkatkan daya berimajinasi.
- Meningkatkan kreativitas.
- Dapat mempelajari banyak hal.
- Membangun kedekatan antara orang tua dan anak.
- Mengajarkan anak ketahanan emosional.
- Mengatasi anak yang susah tidur.
Itulah 12 dongeng cerita rakyat dari Yumin kali ini. Dengan kekayaan budaya yang melimpah, cerita rakyat Indonesia menawarkan warisan yang tidak hanya memikat tetapi juga sarat akan makna dan kebijaksanaan.
Melalui cerita rakyat, generasi muda dapat meresapi kekayaan budaya Indonesia, sambil memetik pelajaran moral yang membentuk karakter dan menghargai warisan nenek moyang. Dengan mengenalkan cerita rakyat pada anak-anak, kita tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga membentuk generasi yang memiliki koneksi mendalam dengan identitas budaya mereka sendiri.
Membaca beberapa dongeng tersebut tentunya akan semakin nikmat jika ditemani cemilan enak dan bergizi dari permen Yupi love Strawberry Kiss yang legendaris.
Semoga informasi menarik tentang dongeng cerita rakyat dari Yumin kali ini bermanfaat untuk Yupiers!