menu
logo mobile
sound
Yupiland Store Meet Your Heroes Collaborations Yupi Diary What's Happening Our Story Cool Pics Here Say Hi! FAQ It's Game Time Terms & Condition
Did you know ?

Cerita Batu Menangis: Legenda Anak Durhaka dari Kalimantan

Indonesia memiliki banyak cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun, masing-masing mengandung nilai moral yang bisa dijadikan pelajaran hidup. Salah satu cerita legenda yang penuh moral tersebut adalah cerita Batu Menangis yang berasal dari Kalimantan Barat. Kisah ini mengisahkan tentang seorang gadis cantik yang memiliki sifat sombong dan durhaka kepada ibunya, hingga akhirnya menerima hukuman yang tragis.

Legenda Batu Menangis bukan hanya cerita biasa, tetapi juga menjadi simbol dari pentingnya berbakti kepada orang tua. Dalam artikel ini, Yumin akan membahas asal-usul cerita Batu Menangis, tokoh-tokoh yang terlibat, serta pesan moral yang terkandung di dalamnya.

Kehidupan Sang Ibu dan Anak Perempuannya

Dahulu kala, di sebuah desa terpencil di Kalimantan Barat, hiduplah seorang wanita tua yang tinggal bersama putri satu-satunya. Wanita itu adalah seorang janda, karena suaminya telah lama meninggal dunia. Sejak kepergian sang suami, ia harus bekerja keras menghidupi diri sendiri dan anaknya. Setiap hari, ia pergi ke ladang untuk bercocok tanam, mengumpulkan hasil panen, dan menjualnya ke pasar untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Sementara itu, anak perempuannya adalah seorang gadis cantik yang memiliki kulit halus dan rambut panjang yang indah. Namun, meskipun memiliki kecantikan luar biasa, ia memiliki sifat yang buruk. Ia enggan membantu ibunya bekerja, bahkan lebih sering menghabiskan waktunya untuk bersolek. Ia juga sangat membenci pekerjaan kasar karena takut kulitnya menjadi gelap dan kasar.

Sang ibu sangat menyayangi anaknya, tetapi ia juga merasa sedih karena anaknya tidak pernah mau berusaha membantu. Setiap kali diminta melakukan sesuatu, gadis itu selalu menolak dengan alasan ingin menjaga kecantikannya.

Keangkuhan yang Membawa Petaka

Suatu hari, sang ibu merasa sangat lelah setelah seharian bekerja di ladang. Ia pun meminta anaknya untuk memasak dan membawakan makanan ke ladang. Namun, anak perempuannya menolak dengan alasan takut tangannya terkena asap dan bau masakan yang dapat mengurangi kecantikannya. Sang ibu hanya bisa menghela napas dan menahan kesedihannya.

Pada hari berikutnya, sang ibu mengajak anaknya pergi ke pasar untuk menjual hasil panennya. Ia berharap anaknya mau membantunya membawa barang dagangan. Namun, anak gadis itu malah merasa malu jika harus berjalan bersama ibunya yang berpakaian lusuh dan kulitnya terbakar matahari.

Saat berjalan menuju pasar, anak perempuan itu meminta ibunya untuk berjalan di belakangnya. Ketika bertemu dengan teman-temannya, ia bahkan menyangkal bahwa wanita tua yang bersamanya adalah ibunya. Dengan angkuh, ia mengatakan bahwa wanita itu hanyalah pembantunya.

Sang ibu merasa sangat sedih dan sakit hati mendengar kata-kata anaknya. Ia menahan air mata dan hanya bisa berdoa dalam hati agar anaknya diberikan pelajaran yang setimpal atas perlakuannya yang menyakitkan itu.

Hukuman yang Menjadi Legenda

Saat mereka hampir tiba di pasar, sang ibu tak kuasa lagi menahan kesedihannya. Ia pun berdoa kepada Tuhan agar anaknya diberikan hukuman yang setimpal atas kelancangannya. Tak lama setelah itu, langit yang semula cerah mendadak menjadi gelap, petir menyambar, dan tanah mulai bergetar.

Anak perempuan itu tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh di kakinya. Ia mulai sulit melangkah, dan perlahan-lahan tubuhnya mulai mengeras. Ia ketakutan dan mulai menjerit, memohon ampun kepada ibunya. Namun, semua sudah terlambat. Sang ibu hanya bisa menangis melihat anaknya yang semakin lama semakin berubah menjadi batu.

Tangisan anak perempuan itu terus terdengar, bahkan setelah tubuhnya sepenuhnya berubah menjadi batu. Orang-orang yang melihat kejadian itu merasa terkejut dan terharu. Mereka menyebut batu itu sebagai Batu Menangis, karena konon hingga kini batu tersebut masih sering mengeluarkan air seperti air mata.

Pesan Moral Apa yang Bisa Diambil dari cerita batu menangis?

Cerita Batu Menangis bukan sekadar dongeng, tetapi juga mengandung berbagai pesan moral yang sangat berharga, antara lain:

  1. Hormati dan sayangi orang tua: Orang tua adalah sosok yang telah berkorban banyak untuk anak-anaknya. Durhaka kepada orang tua hanya akan membawa penyesalan di kemudian hari.
  2. Kesombongan membawa kehancuran: Kecantikan dan kekayaan tidak akan bertahan selamanya. Kesombongan hanya akan membawa keburukan bagi diri sendiri.
  3. Pentingnya bersyukur dan rendah hati: Tidak peduli seberapa cantik atau kaya seseorang, sikap rendah hati dan rasa syukur adalah hal yang lebih berharga.
  4. Setiap perbuatan memiliki konsekuensi: Seperti yang dialami oleh gadis dalam cerita ini, perbuatan buruknya akhirnya berujung pada hukuman yang tak bisa dihindari.

Legenda Batu Menangis adalah salah satu cerita rakyat Indonesia  yang memiliki makna mendalam tentang pentingnya bakti kepada orang tua dan bahaya kesombongan. Kisah ini mengajarkan bahwa kecantikan dan status sosial bukanlah segalanya, tetapi sikap hormat dan kasih sayang kepada keluarga adalah hal yang jauh lebih penting.

Dengan memahami kisah ini, kita dapat belajar untuk selalu menghargai orang tua dan tidak membiarkan kesombongan menguasai hati kita. Legenda Batu Menangis akan terus menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya sikap rendah hati, syukur, dan kasih sayang dalam kehidupan.

Selain cerita batu menangis, Yupimin juga punya berbagai cerita menarik lainnya seperti cerita Malin Kundang, Roro Jonggrang, dan masih banyak lagi di artikel lainnya.

Semoga cerita batu menangis dari Yupimin kali ini bisa menjadi cerita yang menarik untuk anak-anak dan mereka dapat mengambil pesan berharga dari cerita tersebut.

Home Our Story Events Games Profile