menu
logo mobile
sound
Yupiland Store Meet Your Heroes Collaborations Yupi Diary What's Happening Our Story Cool Pics Here Say Hi! FAQ It's Game Time Terms & Condition
Did you know ?

Dongeng Ande Ande Lumut: Kisah Putri Baik Hati dan Pangeran Tampan

Indonesia adalah negara yang kaya akan budayanya, salah satu unsur kebudayaan yang melekat di masyarakat Indonesia adalah cerita rakyatnya. Di Indonesia ada banyak sekali cerita rakyat yang berkembang dan menjadi warisan budaya suatu daerah dari masa kemasa. Dari berbagai cerita rakyat tersebut, salah satu cerita rakyat Jawa Timur yang cukup terkenal adalah dongeng Ande-Ande Lumut.

Dongeng Ande-Ande Lumut sendiri berkisah tentang seorang pangerang dari Kerajaan Jenggala bernama Pangeran Raden Panji Asmarabangun, dan seorang putri dari Kerajaan Kediri yang bernama Putri Dewi Sekartaji.

Seperti apa kira-kira kisah dari dongeng Ande-Ande Lumut ini? Simak cerita selengkapnya berikut ini ya.

Kerajaan Jenggala dan Kediri

Pada zaman dahulu, terdapat dua kerajaan besar di Jawa Timur, yaitu Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Kediri. Kedua kerajaan ini dulunya merupakan bagian dari satu wilayah yang lebih besar bernama Kahuripan. Sebelum meninggal, Raja Airlangga, pemimpin Kahuripan, berpesan agar kedua kerajaan yang telah terpecah ini dapat bersatu kembali agar tidak terjadi peperangan di masa depan.

Untuk memenuhi wasiat tersebut, para pemimpin kerajaan sepakat untuk menikahkan Panji Asmarabangun, putra Raja Jenggala, dengan Dewi Sekartaji, putri Raja Kediri. Pernikahan ini diharapkan dapat menjadi jembatan yang menyatukan kembali kedua kerajaan tersebut dalam damai.

Baca Juga: Mengenal Cerita Rakyat Keong Mas dan Pesan Moral di Baliknya

Perjalanan Pelarian Dewi Sekartaji

Setelah menikah, Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji menjalani kehidupan yang bahagia di istana Jenggala. Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama karena Kerajaan Jenggala diserang oleh musuh. Dalam keadaan yang kacau, Dewi Sekartaji terpaksa melarikan diri untuk menyelamatkan diri.

Dalam pelariannya, Dewi Sekartaji tiba di sebuah desa terpencil dan bertemu dengan seorang janda kaya bernama Nyai Intan. Nyai Intan memiliki tiga putri yang cantik tetapi sombong, yaitu Klenting Abang, Klenting Ijo, dan Klenting Biru. Dewi Sekartaji akhirnya diadopsi oleh Nyai Intan dan diberi nama Klenting Kuning.

Namun, kehidupan di rumah Nyai Intan tidaklah mudah. Klenting Kuning selalu diperlakukan sebagai pembantu, disuruh mengerjakan seluruh pekerjaan rumah, dan sering menerima perlakuan kasar dari saudara angkatnya. Setiap pagi, ia harus bangun lebih awal untuk membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian, dan melayani seluruh anggota keluarga tanpa sedikit pun mengeluh. Meskipun demikian, Klenting Kuning tetap sabar dan menjalankan tugasnya dengan penuh ketabahan.

Klenting Kuning sering duduk di tepi sungai setelah menyelesaikan pekerjaannya, merenungkan nasibnya. Ia merindukan kehidupan sebelumnya di istana dan berharap dapat bertemu kembali dengan Panji Asmarabangun. Namun, ia tetap berusaha kuat dan menerima keadaannya dengan penuh keikhlasan.

Pencarian Panji Asmarabangun

Setelah berhasil mengalahkan musuh, Panji Asmarabangun merasa sangat sedih karena tidak mengetahui keberadaan istrinya. Ia lalu mengirimkan pasukannya untuk mencari jejak Dewi Sekartaji. Setelah beberapa waktu, seorang pengawal melaporkan bahwa ada seorang gadis di desa yang mirip dengan sang putri, tetapi ia hanya seorang gadis kampung yang bekerja sebagai pembantu.

Mendengar laporan ini, Panji Asmarabangun menyusun strategi untuk menemukan istrinya tanpa menarik perhatian. Ia kemudian menyamar sebagai Ande-Ande Lumut dan tinggal di rumah seorang janda tua bernama Mbok Randa di Desa Dadapan.

Untuk menemukan Dewi Sekartaji, Panji Asmarabangun mengadakan sayembara mencari istri. Pengumuman tentang sayembara ini dengan cepat tersebar ke berbagai desa, termasuk desa tempat tinggal Klenting Kuning dan saudara angkatnya.

Baca Juga: Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih yang Penuh Nilai Moral

Sayembara dan Tipu Muslihat Yuyu Kangkang

Ketika mendengar kabar tentang sayembara ini, Klenting Abang, Klenting Ijo, dan Klenting Biru sangat bersemangat untuk mengikutinya. Mereka berdandan secantik mungkin dan bersiap menuju Desa Dadapan. Namun, mereka tidak mengizinkan Klenting Kuning ikut serta dan justru menyuruhnya untuk tetap tinggal di rumah dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Di perjalanan menuju Desa Dadapan, para peserta sayembara harus menyeberangi Sungai Bengawan Solo. Saat mereka tiba di tepi sungai, tidak ada perahu atau jembatan untuk menyebrang. Tiba-tiba muncul seekor kepiting raksasa bernama Yuyu Kangkang yang menawarkan bantuan untuk menyeberangkan mereka dengan satu syarat: mereka harus mencium kepiting tersebut.

Tanpa berpikir panjang, Klenting Abang, Klenting Ijo, dan Klenting Biru setuju dan mencium Yuyu Kangkang agar bisa sampai ke seberang sungai. Mereka tidak menyadari bahwa ini adalah ujian yang telah disiapkan oleh Ande-Ande Lumut.

Sementara itu, Klenting Kuning yang akhirnya memutuskan untuk ikut sayembara tiba di sungai. Saat Yuyu Kangkang mengajukan syarat yang sama kepadanya, Klenting Kuning menolak karena ingin menjaga kehormatannya. Ia memohon untuk menyeberang tanpa mencium kepiting itu, tetapi Yuyu Kangkang tetap menolak.

Saat Klenting Kuning hampir putus asa, seekor burung bangau datang dan memberikan sebuah cambuk ajaib kepadanya. Dengan cambuk tersebut, ia memukul air sungai hingga airnya surut dan akhirnya bisa menyeberang tanpa harus mencium Yuyu Kangkang.

Perkawinan Klenting Kuning dan Ande-Ande Lumut

Ketika semua peserta sayembara telah sampai di Desa Dadapan, mereka bergantian menemui Ande-Ande Lumut. Namun, setiap kali Ande-Ande Lumut mengetahui bahwa mereka telah mencium Yuyu Kangkang, ia menolak untuk memilih mereka sebagai istrinya.

Ketika Klenting Kuning tiba, Ande-Ande Lumut langsung mengenalinya sebagai Dewi Sekartaji. Ia pun memilih Klenting Kuning sebagai istrinya di hadapan semua orang. Nyai Intan dan ketiga putrinya sangat terkejut dengan keputusan ini.

Untuk menjelaskan keputusannya, Ande-Ande Lumut membuka penyamarannya dan mengungkapkan bahwa ia adalah Panji Asmarabangun. Mendengar hal ini, Klenting Kuning sangat bahagia karena akhirnya bisa bertemu kembali dengan suaminya.

Sebagai ucapan terima kasih kepada Mbok Randa, mereka membawanya ke istana Jenggala untuk tinggal bersama mereka. Sementara itu, Nyai Intan dan ketiga putrinya kembali ke desa dengan perasaan malu dan kecewa.

Baca Juga: Cerita Rakyat Timun Mas: Legenda Putri Ajaib dari Jawa Tengah

Pesan Moral dari Cerita Ande-Ande Lumut

Kisah Ande-Ande Lumut mengajarkan beberapa nilai moral yang berharga bagi kita, beberapa pesan moral tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

  • Kesabaran dan Kebaikan Akan Mendatangkan Kebahagiaan. Klenting Kuning tetap sabar meskipun diperlakukan buruk oleh saudara angkatnya. Pada akhirnya, kesabarannya membawanya kepada kebahagiaan sejati.
  • Menjaga Kehormatan Diri Itu Penting. Klenting Kuning menolak mencium Yuyu Kangkang, menunjukkan bahwa menjaga kehormatan diri lebih penting daripada menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
  • Kesetiaan dalam Hubungan. Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji tetap setia satu sama lain meskipun mereka terpisah dalam waktu yang lama.
  • Kesombongan dan Ketamakan Akan Mendatangkan Malapetaka. Klenting Abang, Klenting Ijo, dan Klenting Biru gagal dalam sayembara karena sifat mereka yang sombong dan mudah tergoda.
Itulah dongeng Ande-Ande Lumut, salah satu cerita rakyat Indonesia yang berasal dari Jawa Timur dari Yumin kali ini. Semoga dongeng cerita rakyat Indonesia tersebut menghibur dan bermanfaat untuk Yupiers ya.

Home Our Story Events Games Profile