10 Cerita Dongeng Putri yang Paling Populer dan Menghibur

Dongeng selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari masa kecil, terutama bagi anak-anak yang senang mendengar kisah penuh keajaiban. Salah satu tema dongeng yang paling populer adalah cerita tentang putri kerajaan yang memiliki wajah yang cantik dan hati yang baik. Kisah-kisah dongeng putri kerajaan ini tidak hanya menghibur tetapi juga mengandung nilai moral yang bisa diajarkan kepada anak-anak sejak dini.
Membacakan dongeng kepada anak-anak bukan hanya sekadar aktivitas yang biasa dilakukan sebelum tidur, tetapi juga cara efektif untuk mengasah imajinasi mereka serta menanamkan pelajaran berharga dalam kehidupan.
Dari kisah klasik seperti Cinderella hingga dongeng penuh petualangan lainnya, cerita tentang putri kerajaan selalu berhasil menarik perhatian anak-anak dan menjadi favorit sepanjang masa.
Jika Yupiers ingin membacakan dongeng putri yang menghibur dan sarat akan pesan moral, berikut ini adalah 10 cerita dongeng putri yang paling populer dan bisa menjadi pilihan untuk diceritakan kepada anak-anak.
1. Dongeng Putri Malu dan Cermin Ajaib
Di sebuah kerajaan yang dikelilingi ladang gandum yang luas, berdiri sebuah istana megah tempat tinggal seorang putri bernama Kira. Berbeda dengan putri kerajaan pada umumnya, Kira lahir dengan wajah yang tidak sempurna. Sejak kecil, ia dirawat oleh seorang pengasuh yang setia, karena ibunya meninggal dunia saat melahirkannya.
Walaupun parasnya tidak seperti putri dalam dongeng, Kira memiliki hati yang begitu tulus. Ia selalu menolong siapa saja yang membutuhkan bantuan, baik manusia maupun hewan. Penduduk kerajaan menghormatinya karena kebaikan hatinya, tetapi Kira sendiri merasa malu untuk berbaur dengan mereka. Ia lebih sering berdiam diri di dalam kamar sepanjang siang dan baru keluar saat malam tiba. Karena kebiasaannya itu, rakyat menyebutnya "Putri Malam".
Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang, Kira memberanikan diri untuk berjalan lebih jauh dari istana. Ia duduk di bawah sebuah pohon besar, menatap langit yang penuh bintang. Dalam keheningan malam, ia mengungkapkan isi hatinya.
"Bintang-bintang di langit, bolehkah aku meminta sesuatu? Aku ingin menjadi cantik seperti gadis-gadis lain di negeri ini," ucapnya dengan suara lirih. Air matanya jatuh perlahan, mencerminkan kesedihannya yang mendalam.
Tiba-tiba, angin berhembus kencang, membuat dedaunan berguguran. Udara malam semakin dingin, membuat Kira memutuskan untuk segera kembali ke istana. Namun, di tengah perjalanan, kakinya menyentuh sesuatu di tanah. Ia membungkuk dan menemukan sebuah cermin kecil dengan bingkai berukir indah.
Dengan hati-hati, Kira membawa cermin itu ke dalam kamarnya. Ketika ia menatap pantulannya di sana, ia menghela napas panjang. "Seandainya aku bisa menjadi cantik...," gumamnya.
Tanpa diduga, dari dalam cermin muncul seorang peri anggun bergaun putih berkilauan. Rambutnya yang panjang berwarna keemasan, dan mahkotanya bersinar seperti permata. Peri itu tersenyum lembut kepada Kira.
"Putri yang baik hati, tahukah kau bahwa kecantikan sejati berasal dari dalam hati? Kau telah menunjukkan kebaikan kepada banyak orang, dan kini saatnya kau menerima hadiah," ucap peri tersebut.
Seketika, cahaya hangat menyelimuti tubuh Kira. Saat ia kembali menatap cermin, bayangan dirinya telah berubah, wajahnya kini terlihat begitu jelita. Namun, yang lebih penting dari itu, rakyat kerajaan tidak hanya terpesona oleh kecantikannya, tetapi juga semakin menghormatinya karena hatinya yang penuh kebaikan.
Sejak saat itu, Putri Kira tidak lagi merasa malu. Ia dengan percaya diri berjalan di bawah sinar matahari, berbicara dengan rakyatnya, dan terus membantu mereka. Kisahnya menjadi legenda yang diwariskan turun-temurun, mengajarkan bahwa kecantikan sejati berasal dari hati yang penuh kasih.
2. Dongeng Putri Kerajaan dan Pangeran Kodok
Di sebuah kerajaan yang makmur, hiduplah seorang raja dengan putri-putrinya yang jelita. Namun, di antara mereka, si bungsu, Putri Mary, dikenal sebagai yang paling cantik. Istana mereka berdiri megah di tepi hutan lebat yang penuh dengan rahasia dan keajaiban.
Pada suatu siang yang terik, Putri Mary pergi ke mata air yang jernih di tepi hutan untuk bermain. Ia membawa bola emas kesayangannya, melemparkannya tinggi-tinggi, lalu menangkapnya kembali dengan cekatan. Namun, kali ini lemparannya terlalu jauh. Bola itu meleset dari tangannya, jatuh ke tanah, dan menggelinding masuk ke dalam telaga yang dalam.
Melihat bola emasnya tenggelam, sang Putri pun menangis. Tangisannya begitu sedih hingga menggema di sekitar telaga. Tiba-tiba, sebuah suara lembut terdengar dari dalam air.
"Mengapa kau menangis, Tuan Putri?"
Terkejut, Putri Mary mengusap air matanya dan mencari asal suara itu. Namun, yang ia temukan hanyalah seekor katak hijau besar yang mengapung di permukaan air.
"Apakah kau yang berbicara padaku?" tanya sang Putri dengan ragu.
"Benar, akulah yang berbicara. Tapi berhentilah menangis. Mungkin aku bisa membantumu," ujar sang katak.
"Bola emasku jatuh ke dalam telaga. Aku tidak bisa mengambilnya kembali," jawab Putri Mary dengan sedih.
Sang katak berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku bisa mengambilkan bola emas itu untukmu, tetapi ada satu syarat. Kau harus berjanji akan menjadi sahabatku. Aku ingin makan bersamamu, duduk di sisimu, dan tinggal di istanamu. Jika kau setuju, aku akan segera mengambil bola emas mu."
Putri Mary yang putus asa segera mengangguk. "Baiklah, aku berjanji!" jawabnya, meskipun dalam hatinya ia tidak percaya seekor katak bisa tinggal di istana.
Mendengar jawaban itu, sang katak langsung menyelam ke dalam telaga. Tak lama kemudian, ia muncul kembali dengan bola emas di mulutnya. Dengan penuh semangat, ia melemparkannya ke tepi telaga. Putri Mary sangat gembira. Ia mengambil bola emasnya dan berlari kembali ke istana, melupakan janjinya pada sang katak.
Namun, keesokan harinya, saat Putri Mary sedang makan bersama ayahandanya, terdengar ketukan di pintu istana. Suara kecil memanggil dari luar.
"Putri, bukakan pintu! Kau telah berjanji padaku!"
Putri Mary terkejut. Dengan wajah ketakutan, ia mengintip ke luar dan melihat sang katak. Ia segera menutup pintu dengan keras dan kembali duduk dengan wajah pucat.
"Ada apa, anakku? Apakah ada bahaya yang mengancammu?" tanya sang Raja.
"Bukan, Ayah. Hanya seekor katak menjijikkan yang menagih janjiku," jawabnya dengan suara gemetar.
Sang Raja menghela napas dan berkata dengan tegas, "Seorang putri tidak boleh mengingkari janjinya. Jika kau telah berjanji, kau harus menepatinya. Bukalah pintu dan sambut tamumu."
Dengan berat hati, Putri Mary membuka pintu. Sang katak melompat masuk dan mengikuti sang Putri ke meja makan.
"Angkat aku ke kursimu. Aku ingin duduk di sampingmu," kata sang katak.
Dengan enggan, Putri Mary menuruti permintaannya. Para pelayan menyiapkan piring kecil untuk sang katak. Dengan lidah panjangnya, katak itu menyantap makanannya dengan lahap, membuat Putri Mary merasa mual.
Setelah makan malam, Putri Mary bergegas ke kamarnya untuk menghindari tamu tak diundangnya itu. Namun, saat ia berbaring di tempat tidur, ia mendengar suara familiar.
"Kwoook! Aku ingin tidur di tempat tidurmu, Putri."
Sang Putri tak bisa lagi menahan kejengkelannya. Dengan kemarahan yang meluap, ia mengambil sang katak dan melemparkannya ke lantai.
"Aku sudah cukup bersabar! Aku tidak tahan lagi!" teriaknya.
Namun, begitu tubuh sang katak menyentuh lantai, sebuah cahaya terang menyelimuti ruangan. Asap putih mengepul, dan di tengah-tengahnya, muncul seorang pemuda tampan dengan pakaian kerajaan.
"Terima kasih, Putri Mary. Kau telah membebaskanku dari kutukan penyihir jahat," kata sang Pangeran sambil tersenyum.
Putri Mary terkejut. "Apa maksudmu?" tanyanya.
"Aku dikutuk menjadi seekor katak, dan satu-satunya cara untuk kembali ke wujud asliku adalah jika seorang gadis melemparkanku dengan penuh emosi. Karena kau telah melakukannya, kutukan itu pun sirna."
Putri Mary merasa bersalah karena telah memperlakukannya dengan kasar. Namun, sang Pangeran hanya tersenyum lembut.
"Jangan khawatir, aku memang harus membuatmu marah agar kau membebaskanku."
Akhirnya, sang Pangeran dan Putri Mary menjadi sahabat. Seiring berjalannya waktu, mereka pun saling jatuh cinta. Sang Pangeran melamar Putri Mary, dan mereka menikah dalam sebuah pesta yang megah. Kerajaan bersuka cita, dan mereka hidup bahagia selamanya.
3. Dongeng Putri Tidur
Dahulu kala, di sebuah kerajaan yang makmur, hiduplah seorang raja dan ratu yang sangat mendambakan kehadiran seorang anak. Meskipun mereka memiliki segalanya, hati mereka selalu merasa hampa tanpa seorang pewaris takhta.
Suatu hari, ketika sang ratu sedang berendam di telaga istana, seekor katak muncul di hadapannya. Ajaibnya, katak itu dapat berbicara.
"Wahai Ratu, kegelisahanmu akan segera berakhir. Sebelum tahun berganti, kau akan dianugerahi seorang putri yang sangat cantik," ujar katak itu.
Ucapan tersebut menjadi kenyataan. Tak lama setelah itu, sang ratu mengandung dan melahirkan seorang bayi perempuan yang jelita. Raja dan ratu pun bersuka cita, sehingga mereka mengadakan sebuah perayaan besar-besaran yang dihadiri oleh seluruh kerajaan.
Mereka mengundang keluarga kerajaan, bangsawan, dan juga dua belas wanita bijak yang dikenal memiliki kekuatan ajaib. Sayangnya, ada tiga belas wanita bijak di kerajaan tersebut, tetapi karena istana hanya memiliki dua belas piring emas, raja dan ratu terpaksa mengundang hanya dua belas orang saja.
Pesta berlangsung dengan meriah, dan satu per satu wanita bijak yang diundang memberikan hadiah ajaib kepada sang putri. Ada yang memberinya kecantikan, kebijaksanaan, kemurahan hati, serta keberuntungan. Namun, saat wanita bijak ke-11 selesai memberikan berkahnya, tiba-tiba pintu istana terbuka lebar.
Wanita bijak ke-13, yang merasa tersingkirkan, masuk dengan wajah marah. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia mengangkat tangannya dan mengutuk sang putri.
"Saat usianya menginjak lima belas tahun, sang putri akan tertusuk jarum dan jatuh dalam tidur abadi!"
Setelah menyampaikan kutukan tersebut, wanita bijak ke-13 menghilang. Istana pun gempar dalam ketakutan. Namun, sebelum semua harapan sirna, wanita bijak ke-12 yang belum sempat memberikan hadiahnya maju ke depan.
"Aku tidak bisa membatalkan kutukan itu, tetapi aku dapat melembutkannya. Sang putri tidak akan mati, melainkan hanya tertidur selama seratus tahun. Ia akan terbangun oleh cinta sejati yang menemukannya," ujarnya.
Raja yang khawatir dengan keselamatan putrinya segera memerintahkan agar semua jarum jahit dimusnahkan dari istana. Waktu berlalu, dan sang putri tumbuh menjadi gadis yang luar biasa. Selain cantik, ia juga baik hati, cerdas, dan membuat semua orang mencintainya.
Namun, saat usianya menginjak lima belas tahun, suatu hari raja dan ratu sedang melakukan perjalanan ke kerajaan lain. Merasa bebas, sang putri berjalan-jalan di sekitar istana dan menemukan sebuah menara tua yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Dengan rasa penasaran, ia menaiki tangga melingkar yang sempit dan menemukan sebuah ruangan kecil dengan seorang wanita tua di dalamnya. Wanita itu sedang menjahit dengan sebuah jarum di tangannya.
"Selamat siang, Ibu. Apa yang sedang kau lakukan?" tanya sang putri.
"Aku sedang menjahit, sayang," jawab wanita tua itu sambil tersenyum.
Terpikat oleh keindahan sulaman yang sedang dikerjakan, sang putri mendekat dan tanpa sengaja menyentuh jarum yang masih menempel di kain. Seketika, ia merasa pusing dan jatuh tertidur di lantai.
Kutukan pun mulai bekerja. Seluruh kerajaan tiba-tiba tertidur. Raja dan ratu yang baru kembali ke istana pun jatuh dalam lelap, begitu pula para pelayan, prajurit, bahkan hewan-hewan di sekitar istana. Anjing-anjing berhenti menggonggong, burung-burung di langit berhenti mengepakkan sayap, dan api di perapian pun padam.
Selama bertahun-tahun, istana perlahan tertutup oleh tumbuhan berduri yang semakin lebat. Banyak pangeran dari berbagai kerajaan yang mencoba menembus pagar duri tersebut, tetapi mereka selalu gagal dan bahkan terjebak dalam jaringannya.
Namun, seratus tahun kemudian, seorang pangeran gagah dari negeri jauh mendengar kisah sang putri yang tertidur. Dengan penuh keberanian, ia bertekad untuk menemukan istana tersebut.
"Aku tidak akan mundur. Aku akan menemukan putri itu dan membebaskannya dari kutukan," katanya.
Saat sang pangeran tiba di kerajaan yang tertutup oleh semak berduri, keajaiban terjadi. Tanaman berduri itu tiba-tiba bermekaran menjadi bunga-bunga indah dan membuka jalan bagi sang pangeran.
Saat ia masuk ke istana, ia melihat pemandangan yang menakjubkan, semua orang tertidur pulas. Bahkan burung-burung di atap istana masih tertidur dengan kepala di bawah sayap mereka.
Dengan penuh rasa ingin tahu, sang pangeran melanjutkan perjalanan ke menara tua. Di dalamnya, ia menemukan sang putri yang tertidur dengan anggun.
Tanpa bisa menahan pesona sang putri, sang pangeran mendekat dan memberikan sebuah kecupan lembut di dahinya. Seketika, mata sang putri terbuka. Ia terbangun dari tidur panjangnya, menatap sang pangeran dengan penuh rasa penasaran.
Bersamaan dengan itu, seluruh kerajaan juga terbangun. Raja dan ratu bangun dari tidur mereka, para pelayan mulai bergerak kembali, anjing-anjing menggonggong, burung-burung berkicau, dan api di perapian kembali menyala.
Kebahagiaan melingkupi kerajaan. Sang pangeran dan sang putri pun jatuh cinta, dan tak lama setelah itu mereka menikah dalam perayaan yang megah.
Kutukan telah sirna, dan mereka hidup bahagia selamanya.
Baca Juga: Cerita Dongeng Sebelum Tidur yang Lucu & Edukatif
4. Dongeng Putri Daun Malu dan Kancil
Pada suatu pagi yang cerah, Kancil berjalan santai melewati jalan setapak di tengah hutan yang hijau dan rimbun. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membuatnya semakin menikmati suasana. Sambil melompat riang, ia bersenandung kecil, menikmati perjalanan tanpa gangguan.
Di tengah perjalanan, Kancil melihat sekumpulan tanaman kecil dengan daun yang tampak unik. Rasa penasarannya muncul ketika tanpa sengaja kakinya menyentuh salah satu daun tanaman itu, dan tiba-tiba daun tersebut mengatup sendiri.
"Wah, ini menarik sekali!" seru Kancil dengan penuh semangat. Ia pun mulai bermain-main dengan daun itu, menyentuhnya berulang kali untuk melihatnya mengatup kembali.
Namun, di tengah keasyikannya, terdengar suara kecil yang mengejutkannya.
"Hei! Kenapa kau terus menyentuh daunku?"
Kancil terkejut dan segera mencari sumber suara. Matanya membesar saat menyadari bahwa suara itu berasal dari tanaman yang daunnya ia sentuh tadi.
"Oh, kau bisa berbicara? Perkenalkan, aku Kancil! Siapa namamu?" tanya Kancil dengan penuh antusias.
"Orang-orang sering memanggilku Putri Malu. Kau boleh memanggilku begitu," jawab tanaman itu dengan lembut.
Kancil mengangguk paham dan tersenyum. "Baiklah, Putri Malu. Nama yang cantik untuk tanaman seunik dirimu."
Namun, Putri Malu masih belum puas dengan jawaban Kancil. "Tapi kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau suka bermain-main denganku?" tanyanya dengan nada sedikit menuntut.
Kancil tertawa kecil. "Maafkan aku, Putri Malu. Aku terlalu asyik melihat daunnu yang bisa menutup sendiri. Aku belum pernah melihat tanaman sepertimu sebelumnya. Itu sangat menarik!" jelasnya dengan tulus.
Putri Malu terdiam sejenak sebelum berkata, "Sebenarnya, aku bukan tanaman biasa. Aku melakukan ini untuk melindungi diriku. Setiap kali ada yang menyentuhku, aku merasa terancam."
Kancil terkejut mendengar itu. Dengan wajah penuh penyesalan, ia berkata, "Maafkan aku, Putri Malu. Aku tidak bermaksud menakutimu, apalagi ingin menyakitimu."
Putri Malu tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, Kancil. Aku tahu kau hanya penasaran. Tapi ketahuilah, daunku mengatup bukan sekadar kebiasaan, tetapi juga cara untuk melindungi diri."
Kancil semakin penasaran. "Tapi kenapa kau menutup daummu? Bukankah hewan tetap bisa memakanmu meskipun daunnya tertutup?"
Putri Malu menghela napas sebelum menjelaskan, "Ketika daunku mengatup, aku tampak seperti tanaman yang sudah layu. Dengan begitu, hewan-hewan pemakan tumbuhan akan berpikir bahwa aku tidak enak untuk dimakan."
Kancil mengangguk-angguk mengerti. Kini ia memahami bahwa Putri Malu bukan hanya tanaman biasa, tetapi makhluk kecil yang pintar melindungi dirinya sendiri.
"Kau memang tanaman yang luar biasa, Putri Malu! Mulai sekarang, aku akan lebih berhati-hati agar tidak mengganggumu lagi," janji Kancil dengan tulus.
Putri Malu tersenyum bahagia mendengar itu. Sejak saat itu, Kancil dan Putri Malu menjadi sahabat baik. Kancil sering mengunjunginya, tetapi tidak lagi mengganggunya. Ia hanya berbincang dan berbagi cerita tentang petualangannya di hutan.
Dari pertemuan itu, Kancil belajar bahwa setiap makhluk memiliki cara sendiri untuk bertahan hidup. Dan dari Kancil, Putri Malu belajar bahwa tidak semua yang datang mendekatinya ingin menyakitinya.
5. Dongeng Putri Hase Hime dan Ibu Tiri
Di sebuah kerajaan megah di Kota Nara, hiduplah seorang raja dan permaisuri yang terkenal bijaksana dan berhati mulia. Namun, kebahagiaan mereka terasa belum lengkap karena bertahun-tahun mereka belum dikaruniai seorang anak. Setiap hari mereka merindukan kehadiran seorang putra atau putri yang bisa menjadi penerus kerajaan.
Dalam keputusasaan, raja dan permaisuri memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Kuil Hase-no-Kwannon. Di sana, mereka berdoa dengan penuh harapan agar diberikan seorang anak. Doa mereka akhirnya terjawab, tidak lama setelah itu, sang permaisuri mengandung.
Kebahagiaan pun menyelimuti kerajaan. Saat tiba waktunya, lahirlah seorang putri yang cantik jelita. Mereka memberinya nama Hase Hime, yang berarti "Putri Hase." Sang putri tumbuh dalam kasih sayang kedua orang tuanya dan mendapatkan pendidikan terbaik di istana.
Namun, kebahagiaan keluarga kerajaan tidak bertahan lama. Ketika Putri Hase Hime berusia lima tahun, sang permaisuri jatuh sakit. Seluruh tabib terbaik di negeri itu dipanggil untuk menyembuhkannya, tetapi tidak ada yang bisa menolongnya.
Di saat-saat terakhirnya, permaisuri memanggil Putri Hase Hime ke sisinya. Dengan suara lemah, ia berkata, "Anakku, jika ayahmu menikah lagi, hormatilah ibu barumu seperti kau menghormatiku." Dengan mata berkaca-kaca, Putri Hase Hime mengangguk patuh, meskipun hatinya dipenuhi kesedihan.
Tak lama setelah itu, sang permaisuri menghembuskan napas terakhirnya. Seluruh kerajaan berduka, terutama Raja dan Putri Hase Hime. Namun, kehidupan harus terus berjalan, dan demi masa depan kerajaan, sang raja akhirnya menikah lagi.
Permaisuri baru yang datang ke istana memiliki sifat yang sangat berbeda dari ibu kandung Putri Hase Hime. Wanita itu memiliki hati yang keras dan penuh iri. Meskipun sang putri selalu bersikap hormat dan patuh, ibu tirinya tidak pernah menunjukkan kasih sayang kepadanya.
Putri Hase Hime tumbuh menjadi gadis yang berbakat. Ia mahir bermain musik, melukis, serta memiliki kepribadian yang lembut dan anggun. Pada suatu hari saat Festival Sakura, sang Raja mengundang Putri Hase Hime untuk memainkan alat musik koto, sementara ibu tirinya memainkan suling.
Di balik tirai bambu yang tinggi, sang raja mengamati pertunjukan dengan penuh kebanggaan. Suara petikan koto Putri Hase Hime begitu indah dan mengalun merdu, jauh lebih baik daripada suara suling ibu tirinya. Hal ini membuat sang Raja semakin mencintai putrinya.
Melihat raja lebih menyayangi Putri Hase Hime, hati ibu tirinya dipenuhi oleh iri dan dengki. Ia merasa bahwa jika putri itu disingkirkan, anak laki-lakinya yang merupakan darah dagingnya sendiri akan mendapatkan perhatian lebih dari sang Raja. Dengan pikiran jahat, ia mulai merencanakan cara untuk menyingkirkan Putri Hase Hime dari istana.
Dalam kebenciannya, ibu tiri Putri Hase Hime meracik minuman beracun. Ia menyiapkan dua gelas, satu berisi minuman biasa dan satu lagi telah dicampur dengan racun yang mematikan. Dengan hati-hati, ia berencana memberikan minuman beracun itu kepada Putri Hase Hime.
Saat sore tiba, Putri Hase Hime dan adik tirinya duduk beristirahat di taman istana. Ibu tiri datang dengan senyum penuh kepalsuan, membawa nampan berisi dua gelas minuman.
"Putri, minumlah. Ini minuman segar yang akan membuatmu merasa lebih baik setelah seharian berlatih musik," katanya manis.
Namun, dalam kegugupannya, ibu tiri Putri Hase Hime tidak menyadari bahwa ia telah memberikan gelas yang salah. Gelas yang mengandung racun justru diberikan kepada anak laki-lakinya sendiri.
Seketika setelah meneguk minuman itu, anak laki-lakinya mengerang kesakitan dan jatuh ke tanah. Tubuhnya melemah, dan wajahnya memucat. Ibu tiri terkejut bukan main. Ia segera memanggil tabib istana, tetapi semuanya sudah terlambat, anak laki-lakinya meninggal dunia di pangkuannya sendiri.
Dalam kepanikan, ibu tiri mencoba menutupi kesalahannya dengan membalikkan posisi gelas agar tak seorang pun curiga. Namun, perbuatannya sia-sia. Kematian anaknya membuatnya hancur dalam penyesalan yang tak terperi.
Ibu tiri Putri Hase Hime yang tadinya penuh kebencian kini diliputi kesedihan. Ia menyadari bahwa rencananya sendiri telah membawanya pada kehilangan yang paling menyakitkan. Di hadapan Raja, ia menangis dan mengakui semua perbuatannya.
Sang Raja yang murka mengusirnya dari istana. Ia tidak bisa memaafkan kejahatan yang telah dilakukan kepada Putri Hase Hime. Dengan perasaan hancur dan penyesalan yang mendalam, ibu tiri meninggalkan istana dengan hati penuh duka.
Putri Hase Hime tetap tinggal di kerajaan, menjalani hidupnya dengan kebijaksanaan yang diwariskan oleh ibunya. Seiring berjalannya waktu, ia tumbuh menjadi sosok pemimpin yang kuat, penuh kasih, dan dihormati oleh rakyatnya.
Baca Juga: Dongeng Bahasa Inggris Seru dengan Pesan Moralnya!
6. Dongeng Putri Daun Pandan Berduri
Dahulu kala, di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, hiduplah sekelompok orang yang dikenal sebagai Suku Laut. Mereka adalah masyarakat yang hidup rukun di pesisir, dipimpin oleh seorang pemimpin bijaksana bernama Batin Lagoi.
Batin Lagoi dikenal sebagai pemimpin yang santun dan adil dalam memimpin rakyatnya. Suatu hari, saat sedang berjalan di sepanjang pantai, ia mendengar suara tangisan bayi yang lirih di tengah semak-semak pandan.
"Bayi siapa yang ditinggalkan di tempat seperti ini?" gumamnya dengan heran.
Ia mencoba mencari sumber suara itu, tetapi tidak menemukan siapa pun. Namun, saat melangkah lebih dekat ke semak pandan, suara tangisan terdengar semakin jelas. Dengan hati-hati, Batin Lagoi menggeser daun pandan dan terkejut melihat seorang bayi perempuan mungil tergeletak di sana.
"Astaga! Siapa yang tega meninggalkan bayi sekecil ini?" serunya, sebelum mengangkat bayi itu dengan penuh kasih.
Dengan perasaan iba, Batin Lagoi memutuskan untuk membawa bayi itu pulang dan merawatnya seperti anak kandungnya sendiri. Ia memberi nama bayi itu Putri Pandan Berduri, sebagai simbol kecantikan dan keteguhan, seperti daun pandan yang harum tetapi memiliki duri sebagai perlindungan diri.
Tahun demi tahun berlalu, Putri Pandan Berduri tumbuh menjadi gadis yang luar biasa. Ia tidak hanya cantik jelita, tetapi juga anggun, bijaksana, dan berbicara dengan tutur kata yang lembut. Kecantikannya begitu memesona hingga membuat banyak pemuda terpikat. Namun, tidak ada yang berani melamarnya karena Batin Lagoi berharap putri kesayangannya menikah dengan seorang pemuda dari keturunan bangsawan.
Sementara itu, di Pulau Galang, hiduplah dua bersaudara keturunan bangsawan bernama Julela dan Jenang Perkasa. Keduanya tumbuh dalam lingkungan keluarga yang terhormat. Namun, suatu hari, ayah mereka memutuskan untuk menjadikan Julela sebagai penerus takhta.
Sayangnya, kekuasaan membuat Julela berubah menjadi sombong dan angkuh. Dengan penuh kesewenang-wenangan, ia mengancam adiknya, "Jika aku menjadi pemimpin, kau harus tunduk kepadaku. Jika tidak, kau harus angkat kaki dari Pulau Galang!"
Merasa tersakiti oleh sikap kakaknya, Jenang Perkasa memilih meninggalkan Pulau Galang. Ia berlayar tanpa tujuan hingga akhirnya tiba di Pulau Bintan. Di sana, ia mulai menata hidupnya kembali dengan menjadi seorang pedagang.
Dengan kepribadiannya yang santun dan sopan, ia dengan cepat diterima oleh masyarakat Pulau Bintan. Cerita tentang kebijaksanaan dan kerendahan hatinya pun menyebar luas, hingga sampai ke telinga Batin Lagoi.
Batin Lagoi yang penasaran ingin mengenal Jenang Perkasa lebih dekat. Untuk itu, ia mengadakan jamuan makan malam khusus dan mengundang para tokoh ternama, termasuk Jenang Perkasa.
Saat perjamuan berlangsung, Batin Lagoi memperhatikan dengan saksama bagaimana Jenang Perkasa berbicara, bersikap, dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Pemuda itu menunjukkan kehormatan dan kesopanan yang luar biasa.
Merasa yakin bahwa Jenang Perkasa adalah pria yang tepat untuk putrinya, Batin Lagoi akhirnya berkata, "Aku telah lama mendengar tentang kebijaksanaan dan keluhuran budimu. Aku ingin menjadikanmu menantu dengan menikahi putri kesayanganku, Putri Pandan Berduri."
Jenang Perkasa sangat terkejut dengan tawaran itu. Ia tak pernah menyangka akan mendapatkan kesempatan menikahi seorang putri yang dikenal karena kecantikan dan kelembutannya. Dengan hati yang gembira, ia menerima tawaran tersebut.
Beberapa hari kemudian, pernikahan antara Putri Pandan Berduri dan Jenang Perkasa digelar dengan penuh kemegahan. Seluruh rakyat Pulau Bintan diundang untuk merayakan hari bahagia itu.
Tak lama setelah menikah, Jenang Perkasa dinobatkan sebagai penerus Batin Lagoi. Kepemimpinannya yang adil dan bijaksana menjadikannya sosok yang dicintai oleh rakyat Pulau Bintan.
Dari pernikahan mereka, lahirlah tiga orang anak yang kelak menjadi pemimpin di berbagai wilayah. Batin Mantang, yang menjadi kepala suku di wilayah utara Pulau Bintan. Batin Mapoi, yang memimpin suku di bagian barat Pulau Bintan. Kelon, yang diangkat sebagai kepala suku di bagian timur Pulau Bintan.
7. Dongeng Putri Buruk Rupa dan Pangeran Tampan
Di sebuah gubuk kecil di tengah hutan yang lebat, hiduplah seorang putri yang berbeda dari kebanyakan putri lainnya. Wajahnya dipenuhi bintik-bintik merah besar, hidungnya lebar, matanya besar, dan rambutnya gimbal. Sejak kecil, ia hidup sendiri karena kedua orang tuanya telah tiada. Untuk mengusir rasa sepi, ia menjalin persahabatan dengan para penghuni hutan, tikus, kelinci, rubah, dan berbagai hewan kecil lainnya yang selalu menemaninya dalam suka dan duka.
Meskipun begitu, hati sang putri selalu merindukan kehidupan di luar hutan. Ia ingin pergi ke desa, ingin bertemu dengan orang-orang dan merasakan kehangatan sebuah komunitas. Namun, setiap kali ia mencoba mendekati desa, penduduk akan segera mengusirnya dengan kasar. Mereka percaya bahwa putri itu terkena kutukan dan bahwa siapa pun yang mendekatinya akan mengalami nasib buruk yang sama. Akhirnya, sang putri memilih untuk tetap tinggal di hutan, menerima kesendiriannya dengan penuh kesabaran.
Suatu hari, seorang pangeran memasuki hutan untuk berburu. Ia mendapat perintah dari sang Raja untuk menangkap seekor rusa gemuk sebagai hidangan utama dalam pesta kerajaan. Ditemani oleh dua pengawal setianya, pangeran pun menyusuri hutan dengan penuh semangat. Tak butuh waktu lama, ia melihat seekor rusa besar yang tampak sehat dan kuat. Dengan cepat, ia mengarahkan panahnya dan menembak. Panah melesat dengan akurat dan mengenai kaki rusa itu. Kesakitan, rusa itu berlari sekuat tenaga, semakin jauh ke dalam hutan, mencoba menyelamatkan diri.
Pangeran dan kedua pengawalnya segera mengejar. Rusa yang terluka itu berlari hingga tiba di tempat di mana sang putri tinggal. Ia terengah-engah dan langsung berlindung di belakang sang putri, memohon perlindungan. Dengan penuh kasih, sang putri segera merawat luka rusa itu, membalutnya dengan dedaunan obat yang ia temukan di hutan. Tak lama setelah itu, rombongan pangeran tiba.
Saat melihat sang putri, kedua pengawal pangeran segera mencabut pedangnya, bersiap untuk menyerang. Namun, sang pangeran justru terpaku. Ia menatap sang putri dengan penuh rasa ingin tahu. Di balik rupa yang dianggap buruk oleh banyak orang, ia melihat kelembutan dan kasih sayang yang luar biasa.
"Siapa kau, dan mengapa tinggal sendiri di tengah hutan?" tanya pangeran dengan nada lembut.
Sang putri menatapnya dengan penuh keberanian. "Orang-orang memanggilku Putri Buruk Rupa. Aku tinggal di sini karena penduduk desa menolak kehadiranku. Rusa yang kalian lukai ini adalah sahabatku. Aku mohon, biarkan ia tetap hidup."
Pangeran terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Baiklah, aku akan melepaskannya. Namun, aku ingin kau ikut bersamaku ke istana."
Sang putri terkejut. "Tapi..."
"Jika kau menolak, aku akan membawa rusa ini sebagai ganti," ujar pangeran dengan tegas.
Sang putri terjebak dalam dilema. Demi menyelamatkan sahabatnya, ia pun mengangguk dan setuju untuk pergi ke istana. Pangeran membawa sang putri ke hadapan Raja dan Ratu. Saat melihat wajahnya, mereka terkejut. Namun, berbeda dari rakyat desa, mereka adalah pemimpin yang rendah hati dan tidak mudah menilai seseorang dari penampilan luarnya.
"Kau tidak merasa jijik melihatku?" tanya sang putri dengan ragu.
Pangeran tersenyum dan menjawab, "Aku tidak melihat rupamu. Aku melihat kebaikan hatimu."
Air mata haru menggenang di mata sang putri. Namun, sebelum ia sempat berkata apa pun, sesuatu yang ajaib terjadi. Perlahan, bintik-bintik merah di wajahnya mulai menghilang. Rambutnya yang gimbal berubah menjadi lembut dan berkilau. Wajahnya berseri-seri dengan kecantikan yang luar biasa.
Tiba-tiba, muncul sesosok peri bercahaya di hadapan mereka. "Kau telah menghadapi cobaan dengan penuh ketabahan dan kebaikan. Kini, kutukan yang selama ini menutupi keindahanmu telah sirna. Kau akan tetap seperti ini selamanya," ujar peri itu sebelum menghilang.
Sang putri tidak hanya mendapatkan wajah yang baru, tetapi juga cinta dan penerimaan yang selama ini ia dambakan. Pangeran jatuh cinta padanya dan mereka akhirnya menikah, menjalani kehidupan yang bahagia selamanya.
Baca Juga: Contoh Cerita Fabel Untuk Anak, Seru dan Kaya Pesan Moral
8. Dongeng Putri Monyet
Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki tiga putra tampan bernama Pedro, Diego, dan Juan. Ketiga pangeran tersebut telah beranjak dewasa, tetapi belum menemukan jodoh mereka. Sang Raja merasa gelisah dan ingin agar mereka segera menikah. Akhirnya, ia memberikan perintah agar ketiga pangeran meninggalkan istana dan mencari pasangan hidup mereka. Dengan penuh semangat, Pangeran Pedro, Diego, dan Juan berpetualang ke berbagai tempat demi menemukan cinta sejati mereka.
Perjalanan panjang yang melelahkan tidak menyurutkan tekad ketiga pangeran. Mereka tetap gigih mencari putri impian mereka. Hingga suatu hari, dalam perjalanannya, Pangeran Juan bertemu dengan seorang kakek tua yang duduk di pinggir hutan. Kakek itu tampak bijaksana dan mengetahui isi hati Pangeran Juan. Dengan senyum ramah, ia memberikan setangkup roti kepada pangeran dan berpesan, "Jika kau ingin menemukan pasanganmu, pergilah ke sebuah istana di dalam hutan. Berikan roti ini kepada para monyet yang menjaga gerbangnya. Itu satu-satunya cara agar kau bisa masuk ke dalamnya."
Pangeran Juan mengikuti petunjuk kakek tua itu. Ia berjalan menuju istana yang tersembunyi di dalam hutan lebat. Begitu tiba di gerbang, ia melihat sekelompok monyet berjaga. Tanpa ragu, ia memberikan roti yang diterimanya kepada mereka. Benar saja, para monyet segera membuka pintu gerbang, mengizinkannya masuk.
Namun, begitu berada di dalam istana, Pangeran Juan terkejut luar biasa. Di hadapannya berdiri seekor monyet raksasa yang tampak berwibawa. Ia hampir berbalik dan melarikan diri, tetapi monyet raksasa itu justru memanggilnya dengan suara tenang. "Aku tahu tujuan kedatanganmu, Pangeran Juan," kata monyet raksasa. "Aku ingin menikahkan putriku, Putri Chonguita, denganmu."
Pangeran Juan takjub. Ia tak menyangka keinginannya untuk menemukan pasangan akan terkabul begitu cepat. Tanpa berpikir panjang, ia menerima lamaran tersebut dan menikahi Putri Chonguita.
Setelah beberapa hari menikmati kehidupan di istana hutan, Pangeran Juan membawa istrinya pulang ke kerajaannya untuk bertemu sang Raja. Sang Raja yang awalnya bahagia menyambut putranya, tiba-tiba terkejut dan kecewa begitu menyadari bahwa menantu barunya adalah seekor monyet. Ia merasa malu dan berusaha mencari cara untuk menyingkirkan Putri Chonguita dari kerajaan.
Suatu hari, Sang Raja memberikan tantangan kepada seluruh menantunya. Ia meminta mereka membuat mantel sulam dalam waktu tiga hari. Jika ada yang gagal, mereka akan dihukum mati. Raja yakin bahwa Putri Chonguita tidak akan mampu menyelesaikannya dan itu menjadi alasan untuk menyingkirkannya. Namun, tanpa diduga, dalam waktu tiga hari, Putri Chonguita berhasil membuat mantel sulam yang luar biasa indah. Sang Raja tidak percaya dengan hasil karyanya, tetapi ia tidak bisa membatalkan tantangan yang telah ia buat.
Tak menyerah, sang Raja kembali memberikan tugas baru. Kali ini, ia meminta seluruh menantunya untuk membuat topi sulam dalam waktu dua hari. Lagi-lagi, Putri Chonguita berhasil menyelesaikannya dengan sempurna. Topi buatannya bahkan lebih indah dibandingkan topi yang dibuat oleh dua menantu lainnya.
Merasa putus asa karena semua rencananya gagal, sang Raja memberi tantangan terakhir. Ia meminta ketiga menantunya melukis sebuah lukisan yang menawan dalam waktu tiga hari. Siapa pun yang menghasilkan lukisan terbaik, maka suaminya akan diberikan kekuasaan untuk memimpin kerajaan.
Saat hari yang ditentukan tiba, hasil lukisan para menantu dipersembahkan di hadapan Raja. Betapa terkejutnya sang Raja ketika melihat bahwa lukisan Putri Chonguita adalah yang paling indah. Ia tidak bisa menyangkal keahliannya dan harus memenuhi janjinya. Dengan berat hati, ia memberikan tonggak kepemimpinan kepada Pangeran Juan.
Untuk merayakan penyerahan kekuasaan, diadakan pesta besar di kerajaan. Para bangsawan, rakyat, dan seluruh keluarga kerajaan turut hadir dalam kemeriahan tersebut. Saat pesta berlangsung, dalam sebuah gerakan yang tidak disengaja, Pangeran Juan tanpa sengaja mendorong Putri Chonguita hingga ia terjatuh ke lantai. Seketika, ruangan dipenuhi cahaya terang yang menyilaukan.
Ketika cahaya itu meredup, semua orang terkejut melihat sosok Putri Chonguita yang telah berubah. Ia tidak lagi berwujud monyet, melainkan seorang putri yang luar biasa cantik. Semua orang berdecak kagum, termasuk sang Raja yang sebelumnya menolak kehadirannya.
Putri Chonguita tersenyum, merasa beban yang selama ini ia tanggung telah sirna. Kini, ia diterima dengan penuh penghormatan di kerajaan. Pangeran Juan dan Putri Chonguita pun memerintah dengan bijaksana dan membawa kemakmuran bagi rakyat mereka. Mereka hidup bahagia selamanya.
9. Dongeng Putri Bulan dan Pangeran Matahari
Di langit yang luas terbentang dua kerajaan besar, Kerajaan Siang dan Kerajaan Malam. Dari dua kerajaan itu, lahirlah dua sosok yang paling dipuja oleh alam semesta. Matahari, pangeran yang gagah dan bercahaya, serta Bulan, putri yang anggun dan lembut.
Matahari dikenal karena sinarnya yang megah. Ia adalah pemimpin yang disegani, pusat kehidupan yang memberi kehangatan bagi semua yang mendekatinya. Cahaya keemasannya membangunkan dunia, membuat bumi hidup, dan memandu perjalanan makhluk di bawahnya. Semua orang ingin selalu berada di dekatnya, sebab kehadirannya membawa kebahagiaan.
Sementara itu, Bulan adalah sosok yang memesona dengan caranya sendiri. Ia tidak selalu memperlihatkan wujudnya secara utuh, tetapi kehadirannya selalu dirindukan. Cahaya peraknya yang lembut menerangi kegelapan, memberikan ketenangan bagi mereka yang lelah setelah hari yang panjang. Bulan membawa mimpi indah, menjadi pelipur lara bagi mereka yang terjaga di malam hari.
Namun, di balik kebesaran mereka, tersimpan sebuah rahasia. Matahari dan Bulan saling mengagumi satu sama lain. Saat Matahari duduk di singgasana Kerajaan Siang, Bulan diam-diam mengintipnya dari balik awan, terpesona oleh sinarnya yang gagah. Begitu pula dengan Matahari, yang tak henti-hentinya mengagumi keelokan Bulan saat ia bertahta di langit malam.
Rasa penasaran yang semakin besar akhirnya berubah menjadi cinta. Mereka merindukan satu sama lain, ingin bersanding, ingin menikmati kebersamaan yang selama ini hanya bisa mereka impikan dari kejauhan. Suatu hari, mereka akhirnya mendekat, berhadapan untuk pertama kalinya dalam keabadian.
"Aku tidak ingin berpisah darimu," bisik Bulan dengan penuh harap. "Cahayamu begitu terang dan hangat. Aku ingin selalu berada dalam sinarmu."
"Bulan yang anggun, aku pun tak ingin jauh darimu," jawab Matahari. "Aku ingin terus melihat keelokanmu dari dekat."
Namun, saat mereka bersatu, sesuatu yang aneh terjadi. Dunia yang semula terang perlahan menjadi gelap. Matahari yang selama ini menerangi bumi kini tertutup oleh kehadiran Bulan. Orang-orang di bawah langit keluar dari rumah mereka, menengadah, menyaksikan keajaiban langit yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Mereka terpukau melihat kedua penguasa langit bersanding. Namun, kebingungan dan kecemasan pun mulai muncul. Jika Matahari dan Bulan selalu bersama, apakah dunia akan selamanya berada dalam kegelapan? Bagaimana bumi bisa hidup tanpa cahaya Matahari? Bagaimana malam bisa tetap tenang jika Bulan tak lagi bersinar sendiri?
Matahari dan Bulan pun menyadari takdir mereka. Mereka saling mencintai, tetapi dunia membutuhkan mereka dalam peran yang berbeda. Jika mereka terus bersama, keseimbangan akan terganggu.
"Putri Bulan yang cantik, jangan bersedih," kata Matahari dengan lembut. "Kita memiliki tugas masing-masing. Aku akan menerangi dunia di siang hari, dan kau akan memberikan cahaya lembutmu di malam hari. Aku akan selalu memperhatikanmu dari kejauhan."
Bulan menundukkan wajahnya, air matanya berkilau seperti embun di malam hari. "Kelak akan ada saatnya kita bisa bertemu lagi, meskipun hanya sebentar," bisiknya.
Matahari mengangguk. "Ya, meskipun hanya sebentar, kita akan tetap bersama. Dan orang-orang akan selalu menantikan pertemuan kita."
Sejak saat itu, Matahari dan Bulan menjalani takdir mereka masing-masing. Mereka tidak selalu bisa bertemu, tetapi sesekali, mereka diperbolehkan untuk bersanding, meski hanya sesaat. Saat itulah dunia menyaksikan gerhana, pertemuan singkat antara dua kekasih langit yang takdirnya terpisah.
Bagi mereka, perpisahan bukanlah akhir. Mereka tetap saling mencintai, tetap saling mengagumi dari kejauhan. Dan meskipun hanya sebentar, saat Matahari dan Bulan bersatu, itu adalah momen di mana seluruh dunia menatap ke langit dan mengingat bahwa cinta sejati tak selalu harus berdampingan setiap waktu, tetapi tetap abadi, hingga akhir semesta.
Baca Juga: Dongeng Pendek untuk Anak SD: Ajak Si Kecil Belajar Sambil Berpetualang!
10. Dongeng Putri Kaguya
Di sebuah desa terpencil, hiduplah sepasang suami istri yang telah renta. Sang kakek bekerja sebagai pengrajin bambu, sementara sang nenek mengurus rumah. Meski usia mereka telah senja, keduanya selalu berdoa agar suatu hari diberi keturunan.
Suatu hari, ketika sang kakek pergi ke hutan untuk menebang bambu, ia melihat sesuatu yang aneh. Sebatang bambu bersinar terang di antara bambu-bambu lainnya. Dengan hati-hati, ia membelah bambu tersebut, dan betapa terkejutnya ia saat menemukan seorang bayi perempuan mungil di dalamnya. Wajahnya bercahaya dan tubuhnya sekecil telapak tangan.
Dengan penuh kegembiraan, sang kakek membawa bayi itu pulang dan menunjukkan kepada istrinya. Mereka berdua sepakat untuk merawat bayi tersebut dengan penuh kasih sayang. Seiring berjalannya waktu, kehadiran anak itu membawa keberuntungan bagi mereka. Setiap kali sang kakek menebang bambu, ia selalu menemukan emas di dalamnya. Tak butuh waktu lama, mereka pun hidup dalam kemakmuran.
Anak perempuan itu tumbuh menjadi gadis yang luar biasa cantik. Kulitnya bersinar seperti rembulan, dan tutur katanya lembut serta penuh kebijaksanaan. Orang-orang desa menyebutnya Putri Kaguya, yang berarti “Putri Cahaya.”
Ketika Putri Kaguya mencapai usia dewasa, kakek dan nenek berniat menikahkannya dengan pria terbaik. Banyak bangsawan dan pemuda dari keluarga terhormat datang melamarnya, namun Putri Kaguya selalu menolak. Hingga akhirnya, lima pria dari keluarga paling berpengaruh masih bertahan untuk mendapatkan hatinya.
Untuk menguji ketulusan mereka, Putri Kaguya meminta masing-masing calon untuk membawakan benda-benda langka yang hampir mustahil didapatkan. Seiring waktu, satu per satu mereka menyerah, terbukti bahwa tak ada yang benar-benar mampu memenuhi permintaannya.
Berita tentang kecantikan Putri Kaguya akhirnya sampai ke telinga Kaisar yang berkuasa di negeri seberang. Sang Kaisar yang penasaran ingin bertemu dengannya. Namun, Putri Kaguya selalu menghindar, menolak untuk bertemu dengan penguasa besar tersebut. Ada sesuatu yang ia sembunyikan, sesuatu yang selama ini membebani hatinya.
Hari demi hari berlalu, hingga musim gugur tiba. Pada suatu malam, Putri Kaguya duduk di halaman rumah, menatap langit dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa kesepian dan bersalah telah menolak Kaisar. Setiap malam ia menangis, sampai akhirnya ia memutuskan untuk menemui sang Kaisar dan mengungkapkan rahasia yang selama ini ia pendam.
"Ampun, Yang Mulia," kata Putri Kaguya dengan suara gemetar, "Aku bukan manusia bumi. Aku berasal dari Bulan. Aku dikirim ke dunia ini sebagai hukuman, dan kini waktuku hampir habis. Pada tanggal 15 bulan ke-8, makhluk bulan akan datang menjemputku."
Mendengar hal itu, Kaisar terkejut. Ia telah jatuh hati kepada Putri Kaguya dan tidak ingin kehilangan dirinya. Dengan penuh tekad, Kaisar mengerahkan pasukan terbaiknya untuk melindungi sang putri dari jemputan makhluk bulan.
Namun, meskipun para prajurit berjaga di sekitar rumah Putri Kaguya, tak ada satu pun yang bisa menandingi kekuatan para utusan dari Bulan. Mereka turun dari langit dalam cahaya yang menyilaukan, membuat pasukan Kaisar tak berdaya. Dengan lembut, mereka berkata kepada Putri Kaguya bahwa hukumannya telah berakhir dan ia harus kembali ke tempat asalnya.
Putri Kaguya menangis. Ia tak ingin meninggalkan kakek dan nenek yang telah merawatnya, juga tak ingin berpisah dengan Kaisar yang telah menyayanginya. Namun, takdir telah ditentukan. Sebagai tanda cinta dan perpisahan, ia memberikan Kaisar ramuan keabadian, sebuah hadiah yang akan membuatnya hidup selamanya.
Namun, Kaisar yang patah hati merasa hidup abadi tanpa Putri Kaguya adalah hal yang sia-sia. Ia pun membawa ramuan itu ke puncak Gunung Fuji dan memerintahkan pasukannya untuk membakarnya.
Konon, asap yang terus keluar dari puncak Gunung Fuji hingga kini adalah simbol cinta abadi antara Kaisar dan Putri Kaguya, cinta yang tak bisa bersatu, namun akan selalu dikenang selamanya.
Itulah 10 kisah dongeng putri dari Yumin kali ini. Jadi, dari beberapa dongeng putri tersebut, mana yang paling seru? Semoga beberapa dongeng putri tersebut dapat menghibur dan bermanfaat untuk Yupiers ya.